Sepuluh (Revisi)

2.6K 89 2
                                    

Sudah seminggu sejak Lexi di vonis gagal ginjal, Lexi sudah mulai menjalani cuci darah selagi menunggu ginjal yang cocok.  Yang paling Lexi benci adalah ketika tubuhnya menjadi lemah karena efek cuci darah itu membuat Lexi cepat lelah bahkan berjalan menaiki tangga saja dia seakan berjalan berkilo-kilo meter. Vero, Al, Rafa dan William semakin posesif pada Lexi. Memberikan penjagaan ketat di rumah sehingga tidak sembarang orang bisa masuk.

Ara dan Rendi sudah menjenguk Lexi memberi Lexi semangat bahkan Ara sempat memeluk Lexi sambil menangis, Lexi selalu hidup sehat yang Ara tahu tapi alkohol benar-benar sangat kejam. Hans, Jay dan Rena pun mengunjungi Lexi saat mereka mendapat kabar Lexi tengah berjuang melawan sakitnya, bahkan Jay jadi sering kemari. Seperti saat ini Jay sedang berkunjung.

"Gua bakal sembuh gak, Jay?" Tanya Lexi.

"Pasti! Lu jangan patah semangat. Mana Alexi yang selalu berkobar semangat?"

"Gua lemah banget sekarang, Jay."

"Maka optimis untuk sembuh!"

Lexi menghela nafas, "Berhenti minum, Jay. Gua enggak mau ada orang terdekat gua yang mengalami hal yang sama. Cukup gua."

Jay merasa tersentuh atas ucapan Lexi, lantas dia memeluk Lexi dengan erat. "Gua siap buat donorin ginjal gua, Lex. Andai gua enggak punya keluarga."

"Seakan ginjal lu sehat." Ujar Lexi sambil terkekeh.

"Seenggaknya, ginjal gua enggak penyakitan."

"Sue!"

"Hahaha, bercanda gua."

***

Al dipapah oleh Seli ke ruang tamu kost'annnya beruntung para penghuni kost yang lain sedang tidak ada karena jika ada bisa dipastikan semua heboh saat melihat Seli datang dengan seorang Alaric calon penerus perusahaan besar yang sering muncul di berita.

"Sebentar, gua ambilkan kompresan." Ucap Seli berlari menuju dapur.

Tak lama Seli kembali membawa baskom berisi es batu dan handuk kecil. Seli melihat Al yang menaikan kakinya ke atas meja membuatnya mendengus.

"Mana yang mau di kompres?" Tanya Seli.

"Ya kaki!"

"Yaudah buka sepatunya, Al."

"Bukain." ujar Al.

"Allahuakbar!"

Seli membuka sepatu dan kaos kaki Al dengan tidak santai, sedangkan Al hanya diam saja memperhatikan Seli. Punggung kaki Al yang putih sedikit memar, membuat Seli menyimpan handuk berisi es batu itu diatas kaki Al.

Kejadiannya saat Al menunggu Seli selesai kerja, ada seorang waria yang menyerepet mobil Al hingga menimbulkan baret kecil bukannya minta maaf waria tersebut malah menggoda Al membuat Al murka dan langsung menghajar waria tersebut. Namun seakan tahu jika waria tersebut kalah tenaga maka dia pun menginjak kaki Al dengan sepatu hak tingginya yang dia pakai. Maka seperti inilah jadinya Al saat ini.

"Gua laper." Ucap Al.

"Lu belum makan siang?"

"Menurut lu?!" Sarkas Al.

Seli menghela nafas, dia harus sabar menghadapi Tuan Muda yang sangat kaya ini. "Mau makan apa? Biar gua masakin."

"Lu bisa masak?" Sangsi Al.

"Enggak! Ya bisalah Al, makanya gua nawarin."

"Yaudah masak, yang enak."

"Baik Tuan Muda." Sarkas Seli membuat Al tersenyum kecil.

ALARIC [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang