Tigapuluhlima (Revisi)

1.5K 59 1
                                    

Hari ini adalah hari ulang tahun Bianca yang ke 18 tahun, di mana Rafa akan mengadakan party di rumah Bianca setelah bersekongkol dengan dokter Arka sebagai Ayah Bianca dan Tania Mama Bianca beserta Fabian dan Fania Kakak kembar Bianca.

Tentu saja party hanya diadakan untuk keluarga dan teman terdekat saja karena Rafa sedang merencanakan sesuatu ditengah acara nanti. Dan pagi sekali Rafa sudah kerumah Bianca untuk mengajak Bianca jalan-jalan sebagai pengalihan.

"Mau kevmana sih, Raf? Pagi-pagi begini mana gue belum sarapan lagi." Omel Bianca. Sedangkan Rafa hanya terkekeh mendengarnya.

"Jalan-jalan, sayang."

"Sayang sayang pala lo peyang!"

Rafa ketawa, "Jangan marah marah ah, masih pagi." Bianca tidak menanggapi.

"Mau sarapan di mana?" Tanya Rafa sambil melirik Bianca lalu fokus kembali ke jalanan karena dia sedang menyetir.

"Terserah."

"Oke."

Rafa melajukan mobilnya menuju rumahnya, dia memutuskan untuk sarapan dirumah aja. Hafal dengan jalanan ke rumah Rafa membuat Bianca panik.

"Eh eh ini mau ke mana?" Tanya Bianca.

"Ke rumah gua, kita sarapan di sana saja. Mumpung semua lagi ada di rumah."

"Rafa jangan gila lo! Gue nggak mau!"

"Kenapa?"

"Puter balik!"

"Nanggung, Bii."

"Puter balik gue nggak mau tahu!"

"Memang kenapa?"

"Nggak mau, gue segan di rumah lo."

"Segan kenapa? Daddy Mommy sama Abang baik kok."

"Please puter balik, Rafa. Kita makan bubur ayam pinggir jalan saja dari pada ke rumah lo."

Rafa tersenyum geli, melihat sisi Bianca yang merengek seperti saat ini. "Tidak bisa, sayang."

"Rafael."

"Sebentar lagi sampai."

Bianca melemas saat gerbang rumah Rafa sudah di depan mata. Mobil memasuki pekarangan rumah besar dan megah itu, lalu parkir.  "Ayo." Ajak Rafa.

"Gue di mobil, nggak turun."

"Lho, katanya mau sarapan."

"Gue malu, Rafael."

"Malu kenapa? Orang lu pakai baju terus cantik lagi."

Dalam gugupnya Bianca merona dengan pujian Rafa. Rafa turun dari mobil dan mengelilingi mobil membukakan pintu untuk Bianca, namun Bianca tidak mau turun bahkan seat belt nya masih melekat di badan Bianca. "Bii." Panggil Rafa.

"Nggak mau." Sungguh Bianca gugup dan tidak tahu harus apa saat ini, pasalnya jika dia datang dengan Papa nya itu sudah jelas jika Papa nya kerja sedangkan saat ini. Dia datang dengan putra bungsu Vero dan Lexi sungguh Bianca ingin mati saja.

Rafa menunduk agar bisa melihat wajah Bianca lalu menggenggam tangan Bianca yang ternyata dingin. Setakut itu kah?

"Bii, percaya sama gua. Mereka pasti suka sama lu kok. Jangan takut oke?" Yakin Rafa.

Bianca menatap Rafa yang mengangguk yakin membuat Bianca sedikit yakin. Lalu dia membuka seat belt dan keluar dari mobil Rafa lalu berjalan memasuki rumah sambil bergandengan.

"Selamat pagi semua, Rafa datang." Teriak Rafa.

Lexi, Vero dan Al yang ada di meja makan sontak menatap Rafa dan Bianca yang baru datang dan berjalan menuju meja makan. Bianca yang ditatap begitu hanya tersenyum canggung.

ALARIC [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang