Duapuluhtujuh (Revisi)

1.5K 56 0
                                    

Byurrr!

Arga menyiram Rafa membuat Rafa sadar, kepalanya masih sangat sakit bahkan berat sekali saat mengangkatnya. Bahkan pandangannya masih kabur.

"Cukup istirahatnya, anak manja." Ejek Riana.

Rafa sedih mendengar panggilan itu, panggilan yang sering Lexi, Vero dan Al ucapkan padanya sebagai anak bungsu yamg manja. Rafa kangen Lexi.

Mommy kapan datang..

Rafa mau pulang..

"Owh ada yang terharu." Ejek Arga.

Gelak tawa Arga dan Riana membuat Rafa geram dan muak! Jika saja tangannya tidak diikat ingin sekali Rafa merobek-robek mulut mereka berdua. Sungguh bagaimana bisa orang seperti Riana berbuat sekeji ini.

"Lepasin gua." Suruh Rafa.

"Apa lu bilang?" Tanya Arga.

"LEPASKAN GUA, BANGSAT!"

"Nanti, setelah lu mati!"

"Dalam mimpi lu" Ejek Rafa.

"Ternyata lu punya jiwa arogan Thomson juga." Ujar Arga.

"Gua punya keluarga yang sangat mencintai gua. Kasih sayang, harta dan tahta gua miliki. Sedangkan kalian? Cih! Hanya anak-anak melarat yang tidak tau diri!"

Riana dan Arga menggeram, tidak terima!!

"Mobil yang lu bakar, hp yang lu ambil bahkan duit yang lu rampok dari gua bukan apa-apa bagi kami." Sombong Rafa.

"Bedebah satu ini!!!" Murka Arga.

BUKK
BAK
BUK
BRAKK
SRETTT
BUKK
BUKK
DAKK!!!

Arga memukuli Rafa dengan bruntal membuat Rafa babak belur.

Di tempat lain, Al mamacu mobilnya dengan sangat cepat beserta 8 mobil lainnya yaitu Rivan, Lucas dan para Anggota Keamanan.

Dada Al sakit, entah apa yang terjadi pada adiknya yang jelas jika sampai Rafa kenapa-kenapa Al bersumpah akan membalas orang-orang tersebut dengan lebih sadiss.

Al terus mengumpat karena perjalanan mereka sangat jauh menuju Gudang bekas Pabrik tersebut walaupun jalanan kini telah di blokade agar semua pengguna jalan menyingkir.

"Gua datang, Rafa. Bertahanlah." Lirih Al.

"Van, gua enggak nyangka akan ngalamin hal menakjubkan kaya sekarang. Ternyata seperti ini rasanya jadi orang berkuasa." Ucap Lucas.

Lucas dan Rivan tersambung dalam sambungan radio yang di pasang di telinga mereka masing-masing, bukan hanya mereka namun Al juga Anggota Keamanan.

"Fokus, Luc." Ujar Rivan.

"Yes, Sir!"

Karena digiring dengan banyak pengawal dan melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan tanpa pengguna jalan lain adalah baru bagi Lucas dan Rivan namun bedanya Rivan tidak sealay Lucas.

Sedangkan Lexi dan Vero berada dalam Helikopter bersama satu helikopter Anggota Keamanan dan satu helikopter petugas medis dari Thomson Hospital.

"Berapa lama lagi?" Tanya Lexi.

"Sebentar lagi, Nyonya. Ini sudah kecepatan maksimal, jika di tambah lagi akan kehilangan keseimbangan." Jelas pilot.

"Lakukan sesuai prosedur." Perintah Vero.

"Baik Tuan."

Cup

Vero mencium tangan Lexi yang dia genggam, tangannya dingin. Vero sangat tahu jika sebagai ibu Lexi khawatir begitupun dia sebagai ayah. Orangtua mana yang akan tetap tenang saat anaknya dalam keadaan bahaya? Jawabannya tidak ada!

"Kita akan segera mendarat, hitung mundur di mulai." Ucap pilot.

Saat mendengar suara berisik Arga mengintip dari jendela keluar, matanya langsung melotot saat dilihatnya 3 helikopter hendak mendarat ditambah mobil-mobil berjajar di depan gedung  membuat Arga langsung panik.

"Kita pergi, Riana." Ujar Arga.

"Ada apa, Kak?" Tanya Riana.

"Kita dikepung!"

BRAK!!!

Belum sempat mereka pergi semua Anggota keamanan sudah masuk dan mengepung seluruh penjuru luar gedung dan mengelilingi Riana juga Arga yang di todongkan pistol berlaser.

"Luar biasa." Puji Lucas saat melihat adegan di film action dengan nyata.

Beberapa Anggota Keamanan melepaskan Rafa yang hampir tidak sadarkan diri dengan kepala bocor dan mengeluarkan banyak darah sedangkan badannya sudah biru-biru karena Rafa tidak memakai baju.

"Mommy." lirih Rafa saat melihat Lexi, Vero dan Al berlari menghampirinya namun sebelum mereka sampai Rafa sudah sangat lemas dan semua gelapp.

"Rafaaaa." Teriak Lexi.

Lexi memeluk Rafa membiarkan darah Rafa mengotori kemeja putihnya. Lexi kemudian memangku kepala Rafa.

"Hey, Mommy sudah datang." Ucap Lexi menepuk-nepuk pipi Rafa.

"Rafa kamu harus bertahan demi, Mommy." Ucap Lexi.

Al membawa Rafa dan tak lama berankar masuk, langsung saja Al menaruh Rafa di sana dengan sangat hati-hati. Rafa dibawa menuju helikopter para medis untuk segera ditangani.

Lexi menatap begis Arga yang telah membuat Rafa demikian. Yang di tatap hanya tersenyum sinis.

"Anak lu bakal mati, bahkan sebelum sampai rumah sakit. Alexi." Ejek Arga.

"Bajingan sialan!!!" Murka Al.

Dor dor dor dor

Sebelum Al menyentuh Arga dan Riana keduanya sudah jatuh akibat tembakan dari Lexi yang merebut senjata Anggota Keamanan dan menembak kedua kaki Arga dan Riana.

Riana menangis meraung-raung begitupun dengan Arga. Bedanya Arga tidak bersuara.

"Bakar tempat ini beserta orang-orangnya!"  Bengis Lexi.

Rivan da Lucas menatap Lexi tak percaya.

"Baik Nyonya."

Lexi, Vero dan Al keluar namun saat di ambang pintu Lexi kembali menatap Arga yang menatap Lexi dengan tatapan memohon.

"Jika perlu ratakan dengan tanah!"

Rivan dan Lucas langsung merinding, mereka kira Lexi akan mencabut perintahnya ternyata lebih parah!

Lexi dan Vero masuk ke helikopter medis untuk menemani Rafa sedangkan Al, Lucas dan Rivan langsung memacu mobil mereka menuju rumah sakit. Inilah seorang Alexi Claudia Thomson.

Saat heli mulai tinggi Lexi menatap kebawah kembali, dan ternyata gedung tua tersebut sudah kosong. Tidak ada mobil berjejer seperti tadi setelah itu gedung tersebut meledak dengan dahsyatt membuat bagunan tua tersebut runtuh dan terbakar.

***

Tbc

Jangan lupa vote!!

ALARIC [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang