Empatbelas (Revisi)

2.5K 86 7
                                    

Lexi berbaring di atas ranjang rumah sakit akibat pingsan setelah memaksakan diri berlatih dengan keras di ruang latihan tanpa sepengetahuan Vero. Saat Lexi tergelatak di atas matras dekat sanbag ditemukan oleh penjaga yang berpatroli dan membuat kepanikan para penjaga juga maid.

"Honey.. Kamu kenapa keras kepala sekali, jangan memaksakan diri. Aku tau kamu ingin sembuh aku tau kamu lelah dengan penyakit ini. Aku merasa tidak berguna sebagai suami." Sesal Vero dengan air mata yang menggenang sambil menggenggam telapak tangan Lexi.

"Vero, bagaimana dengan Lexi?" Tanya William memasuki ruangan.

Vero menghapus air matanya, "Belum ada perubahan, Pa. Masih lemah akibat kelelahan berlebih."

"Kita harus dapatkan ginjal itu segera, Vero!" Tegas William.

Vero mengangguk setuju. "Pa."

William menoleh.

"Maafin Vero, Pa. Vero gagal jaga Lexi hingga Lexi seperti ini." Sesal Vero.

William menghela nafas, dia tau Vero sedih, khawatir dan merasa bersalah. "Ini bukan salah mu, Vero. Berhenti menyalahkan diri sendiri dan pikirkan tentang kesembuhan Lexi. Lexi tidak akan menyukaimu yang seperti ini."

"Iya Pa."

"Park, cari ginjal untuk Lexi ke semua rumah sakit." Titah William.

"Baik, Tuan."

"Mommy!" Pekik Rafa yang baru datang langsung menuju ranjang Lexi dan memeluk sebelah tangan Lexi sambil menangis.

"Rafa minta maaf udah bandel, Mom. Rafa enggak akan nakal lagi, Rafa janji. Mommy harus bangun harus marahin Rafa." Rafa datang dengan Alya dan Bagas.

"Mi, Pi." Sapa Vero.

"Sayang, Lexi baik-baik saja kan?" Tanya Alya sambil menahan tangis dalam pelukan  Bagas.

Vero menggeleng.

"Astaga Tuhan."

Kemudian masuklah dokter Azka, dokter yang menangani Lexi. Dokter terbaik di Thomson Hospital.

"Tuan Alvero, bisa kita bicara?" Tanya dokter Azka.

"Bicara di sini dokter, kami juga keluarga Lexi biarkan kami tau." Perintah William.

William takut, dia sangat takut kehilangan orang yang dia cintai untuk kedua kalinya.

"Baik, jadi saya ingin memberi kabar jika kondisi Nyonya Alexi semakin memburuk dan kami harus segera melakukan tranfusi ginjal karena kedua ginjal Nyonya Alexi sudah rusak dan tidak berfungsi lagi."

"Jika begitu lakukan! Cari ginjal untuk putri ku!!" Bentak William.

"Will, sabar." Ucap Bagas.

"Kami sedang berusaha, Tuan."

"Jangan hanya berusaha tapi bertindaklah! Saya tidak akan diam saja jika anak saya tidak selamat. Anda paham maksud saya Dokter Azka?" Tajam William.

Dengan kaku Dokter Azka mengangguk, "I-iya Tuan."

"Di mana abang, Daddy?" Tanya Rafa yang tidak melihat keberadaan Al.

"Handphone nya mati." Jelas Vero.

"Lacak keberadaan Alaric dan bawa kemari!" Ujar William.

"Baik Tuan." Ucap Pak Park langsung menghungi beberapa orang kepercayaannya. Pintu terbuka menampakan Jay, Luna, Rena dan Aldo. Yang terlihat panik.

"Lexi!!" Jerit Rena melihat kondisi Lexi.

Aldo langsung memeluk Rena sedangkan Jay dia juga menangis melihat keadaan Lexi, dia mengambil satu tangan Lexi. "Lex, lu kenapa jadi lemah seperti ini, gua tau lu kuat Lex. Please bertahan demi orang-orang yang sayang sama lu." Ucap Jay bergetar. Luna mengelus punggung Jay, dia juga mengenal Lexi.

ALARIC [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang