Seli terdiam dengan wajah pucat, sedangkan Al menampilkan wajah datar karena aktifitasnya terganggu. Lucas hanya menyeringai saja sedangkan Valery heboh karena sahabatnya sedang bercumbu dengan pegawainya."Aw, lama ternyata lagi asik di sini." Goda Lucas.
"Impossible! Lo pasti godain Al kan?!" tuduh Valery pada Seli.
"Enggak seperti itu, Val." Bantah Seli.
"Alaric bukan laki-laki yang gampang kasih skinship ke perempuan, pasti lo yang goda dia kan?!"
"Gue enggak serendah itu, Val!" Sentak Seli.
"Ck, Lo pikir gue percaya?! Penjara penuh kalau maling ngaku."
"Oke girls stop." Ucap Lucas menarik Valery agar sedikit menjauh dari Seli.
"Ayo pergi." Ajak Al.
Lucas mengangguk dan merangkul Valery namun Valery masih diam menatap Seli.
"Come'on babe."
"Lo gue pecat." Ujar Valery.
"Tapi, Val. Ini enggak ada hubungannya sama kerjaan gue." Panik Seli.
"Itu Cafe orangtua gue, jadi gue bebas pecat siapa aja yang enggak gue suka. Satu hal yang harus lo tau, lo sama kita itu beda. Jadi jangan berharap lebih!" sadis Valery.
Setelah mengatakan kata-kata yang sangat pedas itu Valery, Lucas dan Al pergi. Meninggalkan Seli sendiri yang merasa sangat terhina. Dia memang hanya gadis biasa, bukan dari kalangan atas seperti mereka. Tapi apa harus direndahkan sedemikian rupa? Dan lagi Seli merasa sangat sakit saat Al tidak membelanya sama sekali Al mengabaikannya bagai orang asing.
Memang siapa Seli untuk Al? Seli hanya orang biasa yang beruntung ditolong Al lalu setelah itu dibuang, menyedihkan!Hingga tak terasa air mata Seli mengalir deras membuat Seli menangis bahkan dia terduduk dan membekap mulutnya agar tidak terdengar orang. Di kelas, Al masih ditodong dengan segudang pertanyaan dari Valery.
"Jelasin semua nya, Al!" Pinta Valery.
"Ada apa?" Tanya Rivan.
Datang ke kelas Valery langsung menanyakan banyak hal pada Al, membuat Rivan bingung.
"Al kissing with someone di belakang sekolah." Jawab Lucas.
"Masalahnya?"
"Perempuan itu pelayan di Cafe bokap gue!"
"Seliana? Trus kenapa?"
"Iya beb, masalahnya kenapa??" Tanya Lucas.
"Ish! Lo semua enggak ngerti!"
"Come'on Valery. Just kissing. Jangan dibuat ribet." tegas Al.
"Betul! Gua juga sering kok ajak cewek ciuman. Sama lu juga pernah kan?" Goda Lucas.
"Bangke! Gue serius." ujar Valery.
"Jangan serius-serius, sayang. Nanti baper."
"Betul!" setuju Al dan Rivan.
Valery cemberut.
"Uuuu" Al mengacak rambut Valery lalu membawa kedalam pelukannya.
"Nanti sore jadikan?" tanya Valery.
"Kemana?" tanya Rivan.
"Kita jalan bareng."
"Gua enggak bisa." ucap Al.
"Enggak asik!" kesal Valery melepas pelukannya.
"Next ya." Lembut Al mengelus pipi Valery.
"Kita date aja, Val." Ajak Lucas.
"Lo ikut, Van?" Ajak Valery.
"Ngapain? Jadi nyamuk?"
"Tukang foto." Jawab Valery dan Lucas bersamaan.
"Sialan!"
"Hahaha."
***
Pulang sekolah Al menunggu Seli di perempatan jalan, karena biasanya Seli akan naik bus dari sana dari pada nunggu desak-desakan di halte depan sekolah. Namun Al belum melihat tanda-tanda Seli.
Setelah satu jam menunggu dan membuat Al sangat geram karena tidak pernah menunggu akhirnya Seli terlihat, dia berjalan menelusuri trotoar. Al langsung tancap gas."Masuk." Perintah Al.
Seli diam dan tetap berjalan.
"Lu tuli?"
"..."
"Seli." geram Al.
"SELIANA MASUK!" Bentak Al membuat Seli kaget.
Seli menghela nafas, lalu memandang Al dengan tatapan tak terbaca. "Belum puas lo main-main sama gue?"
"Masuk sendiri atau gua paksa." Desis Al dengan mata berkilat.
Seli memandang Al dengan kesal lalu masuk dengan membanting pintu mobil Al, Al tidak ambil pusing dia langsung tancap gas dengan kecepatan diatas rata-rata. Sepanjang jalan Seli hanya diam memperhatikan jendela di sebelahnya yang mendahap jalanan. Al membawa Seli ke apartement milik Lexi. Saat mereka tiba di basement. Mereka masih diam di dalam mobil tanpa niat bicara sedikit pun.
"Keluar." Perintah Al.
Tanpa menunggu Seli, Al berjalan lebih dulu sedangkan Seli mengekor dibelakang. Bagaikan majikan dan asistennya. Mereka sampai entah dilantai berapa Seli tidak begitu memerhatikan, dia masih tetap mengikuti Al saat Al masuk ke salah satu pintu yang ada di sana. Saat masuk Seli langsung di suguhkan dengan peralatan dan ornamen serba mewah tentu saja itu hal biasa bagi Keluarga Thomson.
Seli duduk di sofa yang ada disana walaupun belum di suruh duduk sedangkan Al entah kemana. Al dari dapur dia membawa dua kaleng soda lalu menuju Seli. Saat melihat Seli duduk di sofa Al langsung duduk di meja tepat di depan Seli. Seli menerima minuman dari Al dan meminumnya.
"Mau apa ke sini?" Tanya Seli.
Al tidak menjawab, dia hanya meminum minumannya.
"Gue mau bicara, penting."
Al menatap Seli.
"Gue akan balikin uang lo dalam waktu dekat."
"Enggak perlu." Ujar Al sambil meraih dagu Seli dan mengelusnya. Wajah Seli memerah seketika. Saat Al mendekatkan wajahnya hendak mencium Seli, Seli mengalihkan pandangannya hingga Al mencium sudut bibir Seli. Entahlah Seli jadi keingat kejadia tadi siang yang membuatnya kembali sakit.
Al menatap Seli, dengan hidung mancungnya menyentuh pipi Seli.
"Valery benar, kita enggak seharusnya bersama Al."
"Terus gua peduli?"
"Lo emang enggak peduli akan apapun, Al. Bahkan saat gue di hina sesadis itu sama Valery lo enggak bela gue sedikit pun." Sinis Seli.
Al hanya mendengarkan.
"Gue mau kita putus."
Ucapan Seli yang terakhir itu membuat Al menatap tajam Seli. Al tau Seli takut tapi dia sok tegar.
"Kita enggak bisa sama-sama. Makasih untuk semuanya Al." Tulus Seli menangkup wajah bak dewa Alaric.
Al mencium Seli dengan bruntal membuat Seli kaget namun Al terus mencium Seli bahkan dia menggigit bibir Seli hingga sedikit robek dan berdarah. Seli meringis. Al langsung menggendong Seli masuk kedalam kamar membuat Seli memekik dan meronta tapi apa daya kekuatan Al jauh lebih besar dan tak sebanding denganya.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARIC [REVISI]
Teen Fiction- SILAHKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA - Laki-laki cuek, arogan dan tempramen itu bernama Alaric. Orang-orang segan melihatnya karena dia memiliki "segalanya". Siapa sangka jika seorang Alaric terpikat oleh seorang gadis biasa yang hidup sebatang ka...