Di dalam mobil itu hanya ada keheningan meskipun Hoseok turut serta berada di sana dengan keadaan tak tahu apa-apa.
Anak-anak Bangtan yang lain sudah diminta untuk membawa teman mereka yang terluka parah ke rumah sakit terdekat.
Dalam pikirannya, Hoseok mencoba menerka situasi meskipun berakhir frustasi sendiri.
'Bagaimana semua ini terjadi? Jangan-jangan bocah itu yang ada di balik semua ini dan mencoba menjadi pahlawan kesiangan?' ujar Hoseok membatin sembari memandang curiga ke arah Jimin yang sibuk berkemudi.
Lelaki itu memiliki segudang pemikiran buruk tentang terkaan yang terkait dengan Park Jimin.
Akhirnya, sebagai orang berisik sejati, Hoseok tidak mampu lagi menahan diri.
"Hey, Park Jimin. Katakan padaku, sejak kapan kau bisa berkelahi?"
"Sejak aku diajarkan untuk bisa melindungi diri." Balas Jimin santai.
Hoseok tentu saja kesal dengan jawaban itu.
"Jadi selama ini kau berpura-pura?"
"Pura-pura apanya?"
"Kau berpura-pura seperti seseorang yang mudah ditindas dan tidak bisa berkelahi sama sekali,"
Jimin tertawa.
"Sunbae, aku hanya tidak berkelahi di hadapanmu dan baru kali ini. Bagaimana bisa Sunbae mengklaim bahwa aku berpura-pura?"
Jimin tidak merasa berpura-pura, dia hanya menyembunyikan diri karena perjanjian dengan ayahnya yang menyebalkan. Dia tidak mau lagi diasingkan ke Jepang dan harus bermain kucing-kucingan dengan pengawal suruhan ayahnya yang jumlahnya lebih dari selusin.
Jimin ingin bebas, dan perjanjian pun dibuat. Ia hanya tidak boleh kembali menjadi seorang yang memimpin sebuah geng berandal dan harus bersikap sebagaimana anak sekolahan pada umumnya.
Itu tidak begitu sulit karena Jimin tidak memalsukan apa pun sikapnya, dia hanya mengubur dirinya yang mantan ketua Black Crow.
Tidak ada percakapan lagi setelah itu karena mereka telah tiba di rumah sakit. Namjoon mengajukan diri untuk menunggu anak-anak Bantan yang tengah berjalan kemari.
Yoongi terlihat merasa sangat bersalah karena beberapa anggota Bangtan yang terluka cukup parah karena penculikannya.
"Jangan merasa bersalah," Namjoon mengetahui benar pemikiran Yoongi saat ini.
"Mereka melakukan apa yang seharusnya dilakukan."
Jimin tidak mengatakan apa pun meskipun ia ingin sekali memberikan beberapa komentar.
"Jangan sampai mereka mengeluarkan uang," ujar Yoongi cemas.
"Tenang saja Suga, kita bisa memalak habis-habisan besok!" Ujar Hoseok dengan wajah tanpa dosa.
Tanpa menahan diri, Yoongi menggeplak kepala sahabat kudanya itu.
"Kita memang berandal, tapi jangan bersikap begitu tidak bermoral!" Kata gadis itu marah.
Hoseok meringis dan memandang Yoongi takut-takut, bersembunyi di belakang punggung Namjoon yang lebih tinggi.
'Kenapa orang-orang selalu saja meributkan uang?' batin Jimin heran.
"Ini, jual saja mobilku untuk biayanya," Jimin berujar datar di antara perdebatan tiga sekawan itu, dia menyodorkan kunci mobil pada mereka.
"Apa-apaan, kau gila? Jangan-jangan kau mencurinya!" Ujar Hoseok sensi.
"Aku meminjamnya." Balas Jimin kelewat polos.
Namjoon memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Ia benar-benar tidak bisa memahami situasi di hadapannya kali ini karena kepribadian Jimin tidak bisa diprediksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Mist [Completed]
FanfictionPark Jimin si murid 'cupu' harus menghadapi kesialannya karena berakhir dipaksa menjadi pelayan dari Min Yoongi, si ketua geng berandalan di sekolahnya. Warn! GS, OOC, TYPO DON'T LIKE DON'T READ!