Chapter 3; Bitter Memory

2.5K 422 187
                                    

Min Yoongi, terpilih menjadi ketua geng Bangtan jelas bukan tanpa alasan.

Dia dikenal sangat keras, jauh dari feminim dan tidak kenal takut. Termasuk mengerikan untuk ukuran seorang perempuan.

Tidak banyak yang tahu, alasan dari itu semua. Kenapa Min Yoongi bisa berakhir menjadi sekeras batu.

Kecuali Kim Namjoon dan Jung Hoseok.

.

Yoongi bukan berasal dari keluarga yang sempurna, bahkan tidak pula bisa dikatakan keluarga yang baik. Dia telah kehilangan ibunya sejak kecil, kakaknya telah meninggal saat usianya sepuluh dan juga, dia besar dengan didikan keras ayahnya yang tidak kenal kata maaf.

Di rumah kecil penuh kenangan pahit itu, Yoongi besar dengan perlakuan yang tidak biasa.

Ayahnya tidak pernah menganggapnya sebagai anak gadis.

Setelah kematian sang kakak, kehidupannya berubah drastis. Yoongi tidak diizinkan bermain dengan boneka atau bahkan mengenakan rok sederhana.

Bahkan, ketika itu rambutnya selalu dipangkas pendek.

Persis seperti anak laki-laki.

Yoongi tahu, ayahnya yang sangat mengagungkan anak lelaki, menganggapnya sebagai boneka pengganti kakaknya.

Ya.

Hanya boneka.

.

.

.

"Ketua! Gawaat! Kita mendapatkan tantangan dari Gongjin Highschool!"

Saat jam istirahat, tiba-tiba salah satu anggota Bangtan menerobos masuk, berseru panik dengan kibasan kertas yang dia pegang.

Sebuah surat tantangan.

Yoongi langsung menerima itu dan membacanya, menggeram jengkel karena berani-beraninya, sekolah lemah seperti Gongjin menantang mereka.

"Persiapkan diri! Kita berangkat setelah sekolah usai." Perintahnya yang langsung dituruti semua anggota.

Sementara itu, Park Jimin si culun baru memasuki ruangan markas Bangtan. Dia nampak heran melihat para anggota yang mulai grasak-grusuk mempersiapkan senjata juga melatih beberapa kemampuan fisik seperti tendangan dan pukulan.

Sementara itu, Yoongi berada di sudut, bersama Namjoon dan Hoseok. Membahas strategi yang dikeluarkan dari kepala jenius Kim Namjoon. Otak dari geng Bangtan.

"Benar-benar niat." Jimin bergumam singkat, kemudian memutuskan untuk berjalan pergi.

Dia tidak mau melihat semua kegiatan itu, untuk beberapa alasan. Ia tidak ingin kerinduan akan hal-hal yang pernah ia lakukan terbersit kemudian meminta untuk digapai.

"Jimin!"

Taehyung memanggilnya, setelah lepas dari pacarnya yang seimut kelinci, dia mencari Jimin ke mana-mana.

"Ada apa?"

"Kau sudah dengar Bangtan akan turun setelah pulang sekolah?"

Jimin mengangguk, berkomentar bahwa rumor semacam itu, masih saja begitu cepat menyebar. Namun meskipun begitu, sama pula keadaan di mana para guru tidak bisa melakukan sesuatu yang maksimal untuk mencegah hal itu terjadi.

"Memangnya lawannya kali ini berat?"

"Tidak, kurasa ini hanya akan berjalan sebentar. Gongjin tidak pernah bisa sebanding."

Jimin tentu saja tidak tahu tahu itu, jadi dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Beberapa informasi didapatinya, namun kadang Jimin hanya bisa mengerutkan kening, mendengar nama namun tak tahu wujud, sangat membingungkan.

Light In The Mist [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang