Chapter 25; Confusion

2K 395 308
                                    

Suasana Jeongjin benar-benar kacau, para murid yang berniat ingin pulang terpaksa mengurungkan niat, berlarian untuk menemukan tempat sembunyi yang paling aman. Para guru, mencoba menghentikan tapi sia-sia, jumlah yang tengah sibuk adu pukulan dan senjata itu bukan main banyaknya. Yang bisa mereka lakukan hanya berharap polisi akan datang segera untuk memisahkan dua kubu yang saling bentrok itu.

Seperti yang sudah direncanakan, Jimin, Hoshi dan Taehyung menyusup di antara riuhnya adu pukul antara Jeongjin dan tiga sekolah gabungan, yang namanya bahkan terlalu malas dipikirkan oleh yang membuat cerita ini.

Dengan matanya yang awas memandang Yoongi pada saat-saat tertentu, Jimin menyusup masuk dalam pertempuran dan memukuli mereka yang mengenakan celana seragam berwarna cokelat, hitam dan juga biru gelap, kadang-kadang ada yang memakai jas sekolah dengan warna selaras dan sisanya tidak, sedangkan Bangtan sendiri, memiliki warna abu-abu gelap untuk celana seragam mereka.

Perbedaan cukup mencolok, namun akan sangat sulit untuk mereka yang tidak terbiasa. Karena itu pula, amatir dilarang untuk terlibat, mereka malah akan berakhir menyakiti teman sendiri, itu tidak lucu, bukan lelucon yang bagus apalagi berkelas.

Yoongi memiliki sebuah tongkat golf di tangannya, gagangnya yang tipis membuatnya mudah untuk menggenggam erat dan melemparkan setiap pukulan menyakitkan untuk musuhnya.

Selain frasa acak yang berupa suara pukulan dan tendangan, erangan kesakitan, teriakan provokasi dan beberapa jenis umpatan. Tiga sekutu itu juga mengeluarkan kalimat berupa 'Cari Kara!' dan juga 'Habisi Min Suga!' dengan emosi meluap dan juga hasrat yang diliputi ambisi.

Jelas sekali, tindakan mereka yang langsung menyerang di Jeongjin memang patut diacungi jempol, entah untuk keberanian yang kelewatan atau kebodohan yang melampaui batas.

Semakin intens pertarungan itu, semakin jelas apa tujuan tiga sekutu dadakan itu menyerang Jeongjin. Beberapa siswa yang non Bangtan ada yang ikut untuk memukul mundur para pengganggu, namun semua itu tidak membantu banyak. Perbedaan jumlah berjarak terlalu jauh.

'Ah, mereka mencoba memukul mundur Bangtan berkuasa di wilayah Selatan, lalu setelah itu mereka akan bertarung antara satu dan lainnya, mencari siapa yang cukup bagus untuk menggantikan Bangtan menguasai wilayah Selatan. Ckck, cukup cerdas, tapi terlalu picik dan murahan.' itu adalah sekelebat pemikiran Jimin dalam kepalanya.

Yah, meskipun dia sibuk berkelahi, tapi dia masih bisa melakukan hal sepele semacam berpikir untuk mengelupas niat busuk tiga sekutu. Trik murahan macam itu terlalu mudah ditebak, dia yakin Yoongi pun mengetahuinya sejak awal.

Pada akhirnya, memang sulit untuk mencapai puncak. Tapi lebih sulit lagi untuk bertahan di sana.

"DAPATKAN KARA! KITA HARUS MENGALAHKANNYA!"

'Huh? Kita?' Jimin sempat-sempatnya mencibir dalam hati. Meskipun kenyataannya dia sedang sibuk mengurusi dua manusia yang sedang diserangnya dengan beberapa tendangan kuat dari kaki. Melakukan tendangan menuju rahang dan dagu adalah favorit Jimin, tidak membutuhkan waktu lama untuk musuhnya tumbang dengan teknik itu. Dibandingkan pukulan cepat yang kekuatannya terbagi-bagi, Jimin lebih suka sesuatu yang ringkas dan pasti, sehingga sekali pukulan, kekuatannya fokus dan tidak main-main. Mungkin karena itu dia mendapat julukan Si Tinju Besi. Entah darimana nama itu, hanya saja ketika pertama kali mendengarnya Jimin tertawa karena jengkel, merasa nama itu terlaku kuno untuk lelaki berjiwa muda seperti dirinya.

"Kara! Keluar kau!"

Saat jumlah yang berkelahi di lapangan itu mulai menyusut, berkurang karena mereka mereka-mereka yang pingsan atau hanya bisa terkapar karena lelah dan kesakitan oleh luka. Beberapa teriakkan menyuruh Kara untuk keluar mulai terdengar terus menerus, dari seseorang yang terlihat cukup memiliki kekuatan dan ambisi di matanya. Apa pun itu, tujuannya untuk menemui Kara jelas bukan untuk beramah tamah atau sekedar mengucapkan halo dan apa kabar.

Light In The Mist [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang