Chapter 28; Autumn Leaves

2K 386 278
                                    

"Aku tidak meminta jawaban itu sekarang. Jadi tidak perlu terburu-buru atau dipikirkan terlalu dipikirkan."

Bagaimana bisa Jimin mengatakan untuk tidak memikirkannya?!

'Idiot yang satu itu!' Yoongi tersungut-sungut dalam batinnya. Tidak peduli Jimin mengatakan apa pun setelahnya, efeknya tetaplah sama-sama besar untuk Yoongi.

Untuk tidak memikirkannya? Itu konyol! Yoongi jelas manusia normal yang memiliki otak dan menggunakannya secara rutin untuk berpikir.

Yoongi memilih mendinginkan kepalanya dengan mandi sekali lagi, berharap setidaknya, hal itu membantu dirinya untuk tidur nyenyak Meskipun, begitu meragukan bisa dilaksanakan sebab ucapan Jimin tak henti-hentinya berkeliaran di benaknya.

Tanpa sadar, Yoongi termenung.

Lalu lamunannya buyar ketika tubuhnya menggigil, dengan cepat gadis itu bergerak untuk mematikan shower lalu mengambil handuk, mengeringkan tubuhnya dan juga rambutnya.

Kemudian, saat menatap pantulan bayangannya di cermin, Yoongi menyadari sesuatu telah menghilang.

Kalung pemberian Jimin!

Yoongi meraba lehernya dan benar-benar tidak menemukan kalung itu. Ia lalu bergegas untuk menggeledah setiap sudut kamarnya untuk menemukannya. Namun tidak sama sekali, di tempat-tempat yang begitu terpencil atau di sudut kamar mandi, kalung itu tidak bisa ia temukan.

Perasaan panik sangat jelas mendominasi, dia merasa tidak bisa begitu saja terdiam diri untuk menunggu datangnya esok hari. Yoongi memakai pakaiannya dan menarik jaket, memakainya sembari berlari keluar dari rumahnya.

Pergi menuju sekolah.

Ada terlalu banyak kemungkinan, namun kemungkinan yang paling besar dan jelas adalah Yoongi kehilangan kalung itu saat membersihkan kolam renang.

Yoongi tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri dan mengatakan dalam pikirannya bahwa 'itu hanya sebuah kalung'. Berkali-kali, namun hatinya tidak juga merasa tenang ataupun merasa bahwa steatment itu tepat.

Nyatanya, jauh dalam lubuk hatinya, Yoongi tidak bisa menganggap kalung itu sekedar 'hanya'.

.

.

.

Hoshi menghela napas bosan, menopang dagunya di atas meja kasir sembari memandang malas rak-rak berjejer yang menampakkan berbagai jenis kebutuhan rumah tangga. Suara hujan tak seberapa besar di luaran juga membuat suasana semakin mendukung untuk bermalas-malasan.

Tapi Hoshi benci keheningan!

"Kenapa tidak ada satu pelanggan pun?!" Dia mengeluh keras.

Lalu pintu toko kelontong 24 jam itu terbuka.

Seseorang itu membawa payung yang langsung dilipat lalu diletakkan di penyimpanan payung.

"Lee Jihoon!" Hoshi menyambut kedatangan gadis itu dengan penuh sukacita. Sementara yang namanya disebutkan memandang heran si Kwon dengan alis tertaut.

"Akhirnya, akhirnya, akhirnya ada seseorang yang bisa mengobrol denganku," ujar Hoshi terharu.

Jihoon meliriknya malas.

"Aku ke sini bukan untuk mengobrol denganmu," katanya datar.

"Jahatnya! Setelah mengambil apa yang kau mau, aku akan menahanmu di meja kasir ini!"

Jihoon menggelengkan kepalanya, sembari memutar malas bola matanya, saking jengahnya dengan tingkah Kwon Soonyoung itu.

Lalu, gadis itu mulai berjalan ke rak bagian makanan, mengambil dua kap mie instan dan menyeduhnya dengan air panas. Dia membawanya ke tempat duduk yang ada di sudut.

Light In The Mist [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang