Jungkook tidak tahu apa yang merasuki ayah dan ibunya sehingga di usianya yang baru menginjak dua puluh lima, mereka berdua sudah ribut menjejalkan padanya jadwal acara kencan buta.
Ingin rasanya mengeluh, Jungkook tidak semenyedihkan itu!
Memang, beberapa kali menjalin hubungan, semuanya selalu berakhir dengan kegagalan. Tidak pernah ada yang berhasil bertahan lebih dari satu bulan, entah kenapa. Saat itu masih masa kuliah di tahun pertama, saat di tahun kedua, Jungkook tidak lagi berminat menjalin hubungan karena rasanya sia-sia saja. Dia fokus pada studinya dan melemparkan masalah asmara jauh-jauh ke dalam jurang.
Jungkook bisa begitu santai.
Tapi orang tuanya tidak.
Seminggu setelah berlalunya masalah tuntutan, ibunya mulai memberikan jadwal kencan buta lagi.
"Eomma, aku bahkan baru saja bisa bernapas setelah masalah kemarin,"
"Ini adalah cara bernapas yang benar! Pergilah berkencan, jangan mau jadi lajang selamanya,"
"Siapa yang akan jadi lajang selamanya Eomma?" Jungkook mulai merengek karena tidak habis pikir.
"Kookie, Eomma benar-benar tidak menuntutmu untuk menikah cepat, tapi tolong berkencanlah dengan seorang pria yang baik, dengan begitu Eomma bisa tenang."
Jungkook bahkan tidak paham darimana asal kekhawatiran ibunya itu.
Dengan wajah cemberut, Jungkook kembali ke kamarnya dan meninggalkan sang ibu yang sibuk mengatur jadwal kencan butanya untuk akhir pekan nanti.
Kemudian saat akhir pekan di mana jadwal kencan butanya diadakan, Jungkook tidak pergi ke restoran tempat perjanjian, melainkan menemui Jihoon-yang ajaibnya sedang libur dan ada di apartemennya.
Hal ini sudah sering Jungkook lakukan, omong-omong.
"Jihoooonieee.." teriak Jungkook memanggil.
"Kencan buta lagi?" Jihoon langsung tahu karena dandanan Jungkook terlalu rapi untuk ukuran sekedar berkunjung ke apartemennya.
Jungkook mengangguk dan mengekori Jihoon masuk ke dalam apartemen gadis itu. Ia duduk di sofa dan mengambil snack yang tergeletak di meja kemudian memakannya.
Jihoon datang dari dapur dengan segelas jus jeruk yang diterima Jungkook dengan penuh rasa syukur, sehingga jus itu pun langsung tandas seketika. Jihoon hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Kenapa kau tidak berkencan saja dengan salah satu dari mereka? Bukankah dengan begitu selesai?"
"Haruskah aku memaksakan diri?"
"Kau iya ketika awal masuk kuliah," sahut Jihoon santai.
"Kau tidak pernah menyukai mantan kekasihmu. Yah, pengecualian untuk Taehyung Sunbae,"
"Tidak usah diungkit."
Jihoon hanya menggidikkan bahu.
"Padahal hubungan kalian membaik kan?"
"Membaik apanya?"
Apa bisa disebut membaik?
Jungkook sendiri bahkan tidak tahu.
Taehyung memintanya memanggil dengan nama tanpa embel-embel, mereka mulai berbicara non formal setelah beberapa kali pertemuan untuk urusan tuntutan. Untung saja, semua berjalan dengan baik dan Taehyung benar-benar menepati ucapannya untuk menang di persidangan.
Lalu.. apa?
Mereka tidak ada urusan lagi.
Bukankah itu berarti sudah tidak ada alasan lagi untuk mereka saling bertemu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Mist [Completed]
FanfictionPark Jimin si murid 'cupu' harus menghadapi kesialannya karena berakhir dipaksa menjadi pelayan dari Min Yoongi, si ketua geng berandalan di sekolahnya. Warn! GS, OOC, TYPO DON'T LIKE DON'T READ!