Chapter 36; Moonlight [Last]

1.8K 291 203
                                    

"Abeonim,"

Tuan Min mendengus dan menghela napas ketika kursi kosong di hadapannya kini diisi sesosok makhluk yang tidak mengenal kata menyerah.

Jimin tertawa melihat ekspresi ayah Yoongi.

"Ayolah Abeonim, aku merindukanmu, sudah lama kita tidak bertemu, bukankah kau juga rindu aku sedikit saja?"

"Mimpi saja kau bocah." Sinis Tuan Min yang hanya dibalas Jimin dengan senyuman main-main.

"Hari ini, aku akan menemanimu minum," Jimin mengambil gelas dan botol Soju. Tuan Min melotot melihatnya.

"Aku sudah legal." Jimin berujar dengan seringaian di bibirnya.

Tuan Min mendengus namun membiarkan Jimin menuangkan Soju untuknya dan mengajaknya bersulang.

"Sebentar lagi kau tidak bisa melihat wajah tampanku lagi,"

'Uhuk' Tuan Min tersedak tapi Jimin masih anteng meminum Soju bagiannya.

Pria paruh baya itu menaikkan sebelah alisnya.

"Jadi akhirnya kau menyerah?"

"Tentu saja tidak. Aku hanya pergi untuk sekolah." Dengus Jimin. Padahal hubungannya dengan ayah Yoongi tidak seburuk itu sekarang, hanya saja Tuan Min masih suka menyuruh Jimin untuk menjauhi Yoongi.

Hal itu tidak lain dan tidak bukan karena Tuan Min mengetahui latar belakang Jimin. Dia pikir Yoongi akan sangat disulitkan jika bersama seorang pria dengan latar belakang tidak biasa seperti Jimin.

"Biarpun aku sekolah di luar, aku tetap akan mengawasi Yoongi baik-baik, jadi jangan macam-macam Abeonim,"

"Dasar penguntit."

Jimin hanya tersenyum ringan tanpa bantahan.

.

.

.

"Yoongi, kudengar Park Jimin akan studi ke luar negeri? Apa itu benar?"

Yoongi mengangguk menanggapi pertanyaan Seokjin tanpa berbalik dan tetap fokus mengerjakan tugas kuliahnya. Sementara Seokjin sendiri kini menghentikan sejenak aktivitas kunyahannya pada keripik kentang di pangkuannya.

"Kenapa kau santai-santai saja?" Heran Seokjin.

Yoongi menghela napas.

"Memangnya aku harus bagaimana?" Katanya dengan nada tak acuh.

Seokjin pun tidak tahan untuk tidak mencibir respon Yoongi yang baginya sangat palsu. Ia yakin si pucat itu pasti punya pergolakan dalam batin dan pikirannya karena Jimin akan pergi jauh.

"Lagi pula hanya sementara." Yoongi bergumam dengan nada pelan, nyaris tak terdengar jika saja Kim Seokjin bukan manusia yang paling antusias kalau ikut campur urusan orang.

Kembali pada waktu satu Minggu yang lalu, Yoongi cukup terkejut dengan keputusan Jimin untuk pergi studi ke luar negeri. Mengingat betapa menempelnya laki-laki itu padanya meskipun Yoongi sudah lulus SMA, rasanya berita itu seperti petir di siang bolong.

"Ayahku menginginkannya. Kurasa tidak terlambat untukku menjadi anak berbakti." Jimin berkata saat itu.

Yoongi tidak bisa mengatakan apa pun selain mengangguk dan berkata 'semoga berhasil' kepada Jimin. Karena bagaimanapun juga, itu bagus untuk Jimin memiliki hubungan yang bersih dengan ayahnya dan juga ibu tirinya.

Meskipun Jimin sama sekali belum mampu untuk menganggap Tressa sebagai ibunya.

"Aku sudah bisa menerimanya sebagai istri ayahku, tapi untuk ibu, aku tidak bisa."

Light In The Mist [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang