Beberapa waktu kemudian, kantor polisi menjadi semakin sesak. Orang tua dari mereka yang tertangkap datang berbondong-bondong dengan amarah tergantung di wajah mereka. Dengan beberapa umpatan pada anaknya yang nakal, sedikit pukulan atau beberapa nasihat membosankan.
Jimin memutar bola matanya malas, lalu namanya disebut.
Dia duduk di hadapan pak polisi dengan patuh, mengabaikan penuh kernyitan di dahi si petugas pelayanan publik yang mungkin heran melihat anak di hadapannya terlalu 'bersih'. Itu benar-benar tidak sebanding dengan beberapa anak yang pingsan oleh si 'bersih' ini.
Polisi itu menanyakan pertanyaan dasar seperti nama dan juga nomor kependudukan. Dengan cepat mendapatkan data lengkap Jimin dari pemerintahan di layar monitor komputernya.
"Berikan nomor ponsel orang tuamu,"
Jimin tersenyum.
"Pastikan Anda memanggil ayah saya kemari, Pak." Dia berujar ringan lalu mengatakan beberapa angka, menyalin secara suara dari nomor kontak di ponselnya yang dilabeli 'Pria Tua, Kolot dan Menjengkelkan'.
Di sisi lain, Tuan Park benar-benar langsung menerima telepon dari kantor polisi. Dia sangat amat terkejut karena di masa lalu, Jimin akan membuat polisi menghubungi asistennya, alih-alih memberikan nomor telepon miliknya yang terlalu pribadi pada pak polisi.
Kemarahan jelas sangat menguasai, namun menjadi bisnisman lebih dari usia anaknya sendiri membuat pria itu bersuara cukup tenang untuk menanggapi ucapan-ucapan pak polisi.
"Baiklah, terimakasih. Saya akan segera ke sana."
Lalu geraman jengkel menggema setelah sambungan telepon terputus. Tuan Park yakin dan bisa membayangkan, seringai penuh kepuasan di bibir anak lelakinya yang tampan.
Kemudian kembali kepada Jimin yang benar-benar melakukan apa yang ayahnya perkirakan, dia lalu bertanya pada polisi di hadapannya.
"Pak, apakah Anda tidak membutuhkan keterangan atau sesuatu seperti pembelaan yang bisa aku katakan?" Ini jelas sekedar basa-basi, riwayat kriminalnya selalu bersih, dia selalu bersikap seperti baru pertamakali masuk kantor polisi setiap masuk ke kantor polisi yang baru.
"Tidak perlu, beberapa anak mengatakan dengan jelas dan kami memiliki cukup banyak untuk laporan."
Jimin mengangguk, kemudian mengedarkan pandangan tak acuhnya ke semua penjuru.
Jimin membatin cukup kecewa, karena di kantor polisi ini benar-benar hanya berisi anak Jeongjin. Untuk sekolah-sekolah lain, mereka dibawa ke kantor polisi sesuai distrik sekolah mereka. Ini tidak cukup sesuai harapan, padahal ia ingin melihat Koo Jonhoe terbakar amarah tanpa bisa melakukan apa-apa. Mungkin sekarang dia begitu di sana, tapi tetap saja tidak seru karena Jimin tidak bisa melihatnya langsung.
Lalu, Jimin mengingat siapa itu Koo Jonhoe. Salah satu musuh–yang sebenarnya tidak ia anggap–karena Jimin tidak pernah mengklaim dirinya memiliki musuh, itu adalah mereka yang mengatakan bahwa dirinya musuh mereka.
Pikirannya tengah bernostalgia, tapi ayahnya sedang mengutuk dirinya anak durhaka di luar sana.
Tapi itu benar-benar di luar di mana luar sana adalah luar Kantor polisi.
Tuan Park sudah menunda jadwal penting hanya untuk menebus anak berandalnya di kantor polisi.
Itu benar-benar hal yang baru.
'Bruk'
Di persimpangan koridor, dia menabrak seseorang, tidak terlalu kuat, keduanya hanya sedikit terhuyung karena rasa terkejut.
"Maaf Tuan."
Seseorang itu adalah siswi dengan beberapa luka di wajah dan juga tangannya, Tuan Park tidak bisa untuk tidak mengernyit terheran dan terganggu. Dan siswi itu telah pergi kemudian setelah bungkukan badan singkat, tapi itu waktu yang cukup untuk melihat bahwa gadis itu memiliki sesuatu yang familiar di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Mist [Completed]
FanfictionPark Jimin si murid 'cupu' harus menghadapi kesialannya karena berakhir dipaksa menjadi pelayan dari Min Yoongi, si ketua geng berandalan di sekolahnya. Warn! GS, OOC, TYPO DON'T LIKE DON'T READ!