Busan, Spring, 4 tahun yang lalu...
Berakhir dikeluarkan dari sekolah lamanya yang elit hanya dalam waktu satu bulan sejak tahun ajaran baru, sama sekali bukan masalah untuk Park Jimin. Kemudian berakhir masuk ke SMP khusus laki-laki pinggiran yang nyaris semua muridnya tidak memiliki etika malah sesuatu yang disyukurinya.
Untuk pertama kalinya, Jimin merasa ayahnya begitu tepat memilihkan sekolah untuknya.
Dengan begitu banyak rumor buruk dan reputasi yang sama bobroknya, sekolah ini terasa sangat pantas untuk dirinya yang bermoral nol koma lima dalam dunia pendidikan.
"Siapa kau? Siswa baru?"
Sekelompok kakak kelas menghadangnya yang kala itu bahkan baru menginjakkan kaki di koridor. Tersenyum singkat dengan pandangan yang tak sedikit pun memancarkan ketakutan, Jimin hanya berjalan begitu saja melewati mereka.
"Aku tahu di sini sangat kebal aturan, tapi hei, rambut merah mencolok itu, apa maksudmu untuk menarik begitu banyak perhatian?"
Langkah Jimin terhenti, lalu dia ditahan dengan cara yang lebih kasar kali ini. Masing-masing lengannya dicengkram kuat oleh seniornya yang bertubuh lebih besar. Tentu saja, Jimin tidak memiliki begitu banyak harapan pada tubuh dua belas tahunnya yang mungil.
"Kemari kau, anak baru. Kau pasti memiliki beberapa masalah di sekolah lamamu,"
Jimin tidak melakukan apa pun ketika diseret dan dihadapkan dengan kakak kelasnya yang tadi, sepertinya pemimpin dari gerombolan ini.
"Berikan aku uang," katanya, kali ini langsung hendak merogoh saku jas sekolah yang dikenakan Jimin.
"Minta saja pada orang tuamu," Jimin membalas dan kali ini tangannya mencegah kakak kelasnya untuk berbuat begitu lancang pada dirinya.
"Apa ini? Berani melawan?"
Jimin bergeming.
"Pukuli bocah ingusan ini, dia terlalu arogan untuk sekelas anak baru." Katanya pada teman-temannya-anak buahnya, yang langsung begitu saja dituruti.
Jimin diseret dan tubuhnya didorong sampai punggungnya membentur tembok. Menyakitkan, membuat remaja itu meringis.
Pukulan dilayangkan pada wajahnya yang gemuk, tetapi Jimin menghindar ke samping hingga kepalan tangan seniornya berakhir berbenturan dengan tembok.
"Kau... Beraninya!"
Jimin tersenyum dingin. Jenis senyuman yang dilatih bertahun-tahun untuk mengintimidasi seseorang.
"Kau bahkan tidak bisa memukulku, bagaimana ini, Senior?"
.
.
.
Hembusan napasnya yang kasar mengundang atensi beberapa sosok yang menyadari bahwa di dalam ruangan itu, telah bertambah orang yang berada di sana.
"Yoongi Sunbae!"
Dengan kekacauan dalam dirinya sendiri, bagaimana bisa Yoongi mengenalinya hanya dengan satu kali lihat? Tapi, gadis itu mengenali suaranya. Segera saja, meskipun dalam keadaan baku hantam dengan beberapa lelaki, gadis itu menoleh dengan ekspresi luar biasa terkejut di wajah temboknya.
Kemudian, Jimin menyadari jika Yoongi hanya berkelahi sendiri, di sisi lain Jungkook telah pingsan dengan darah mengalir dari pelipisnya yang terbentur reruntuhan ketika melawan beberapa siswa Haeyang.
Benar-benar buruk.
Sudah diduganya jika situasi tak terprediksi macam ini, akan sangat sulit untuk Jeon Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Mist [Completed]
FanficPark Jimin si murid 'cupu' harus menghadapi kesialannya karena berakhir dipaksa menjadi pelayan dari Min Yoongi, si ketua geng berandalan di sekolahnya. Warn! GS, OOC, TYPO DON'T LIKE DON'T READ!