Yoongi bersedekap, berdiri diam di depan gedung agensi, menunggu seseorang berjalan menghampirinya.
Siapa lagi kalau bukan Park Jimin yang baru seminggu yang lalu kembali ke Korea?
Jimin kelihatan luar biasa dengan setelan jasnya meskipun di sisi lain, setelan itu tidak rapih lagi. Memberi cukup banyak kesan tentang si pemakai baru saja menghadapi hari yang melelahkan.
"Sunbae~"
Yoongi memutar bola matanya malas mendengar panggilan itu, yang hanya digunakan Jimin dalam mode menginginkan sesuatu.
Jelas saja karena kini lelaki itu merentangkan tangannya dan langsung memeluk Yoongi begitu sampai di depan gadis itu.
"Sunbae, peluk aku." Rengek Jimin manja, berbanding terbalik dengan dandanannya yang sudah selayaknya CEO muda.
Ah ralat.
Dia memang resmi menjadi CEO sejak pagi tadi.
Jimin sendiri masih merasa terlalu cepat untuknya duduk di kursi itu, namun ayahnya masih saja sangat keras kepala dan kukuh untuk langsung meletakkan Jimin di tempat yang tinggi agar pada direksi tidak mencoba lagi mencari celah untuk mengajukan pewaris lain selain anak semata wayangnya.
Meskipun di sisi lain, itu juga berakibat pada Jimin yang harus mengemban tanggung jawab yang sangat besar di usianya yang masih sangat muda.
Bahkan artikel maupun berita tentangnya yang mengangkat tema 'CEO paling muda seantero Korea Selatan' akan mulai bermunculan hari.
Yoongi di sisi lain, memeluk Jimin seperti apa yang diminta lelaki itu. Ia tahu benar hari ini adalah hari yang berat untuk Jimin, bagaimanapun juga jabatan kekasihnya itu tidaklah main-main. Ini bukan seperti CEO dalam cerita romansa klise tentang pria muda kaya raya yang sibuk bercinta, realita tidak semanis itu kawan!
Meskipun di sini, keduanya sama-sama fiksi.
"Kau sudah makan?"
"Aku sudah, tapi lapar lagi."
Sedikit wajar, hampir tengah malam saat ini, kalau mau tahu.
"Ayo jalan-jalan dan cari makan."
Jimin mengangguk seperti anak kecil baik yang penurut, ia melepaskan jasnya dan menaruhnya di dalam mobil. Yoongi membantu Jimin menggulung lengan kemeja yang dikenakannya sampai siku. Hal-hal kecil seperti itu, Jimin berkata ingin Yoongi melakukannya jika bisa karena ia sangat tersiksa di Amerika saat harus melakukan segalanya sendiri.
Padahal Jimin paling susah kalau harus dihadapkan dengan hal mendetil seperti mengikat dasi.
Mereka berdua berjalan bersisian di trotoar, dengan tangan saling tertaut dan keheningan yang hangat.
Pikiran Yoongi berkelana.
Sejujurnya, ia tidak menyangka bisa bertahan sampai sejauh ini, entah itu karena perasaannya pada Jimin atau karena dirinya terlalu malas mencari yang lain, atau mungkin itu memang karena dirinya sangat mencintai lelaki di sampingnya.
Selama jarak dan waktu yang tidak bisa Yoongi kendalikan, perasaannya pun berkembang tak bisa dikendalikan. Yoongi hanya membiarkannya dan memutuskan untuk berdamai dengan apa pun yang ada pada dirinya, termasuk rasa cinta.
Ia tahu Jimin tidak menuntut, apalagi memintanya dengan terburu-buru, jadi selama itu Yoongi mencoba menerima keadaan bahwa memang ada waktunya untuk dirinya menerima seseorang dalam hidupnya dalam artian yang paling istimewa karena bagaimanapun juga, dirinya tidak mungkin selamanya menyendiri.
Begitulah logika sederhana.
Meskipun jujur saja sebelum bertemu Jimin, awalnya Yoongi merasa tidak masalah untuk melajang seumur hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Mist [Completed]
FanficPark Jimin si murid 'cupu' harus menghadapi kesialannya karena berakhir dipaksa menjadi pelayan dari Min Yoongi, si ketua geng berandalan di sekolahnya. Warn! GS, OOC, TYPO DON'T LIKE DON'T READ!