Chapter 27; Being A Mature

2.4K 404 233
                                    

Di hari berikutnya, Jimin nyata merasa beban di atas pundaknya berkurang. Ayahnya telah menyetujui proposal yang diajukannya untuk menjadikan J&Pearl bagian dari Park Industry selama lima tahun ke depan. Bibi Song, asisten ibunya di masa lalu diangkat menjadi direktur untuk mengelola keseluruhan perusahaan itu. Bagaimanapun, itu benar-benar praktis karena di masa depan, baik Park industry maupun J&Pearl memang akan jatuh ke tangannya. Setelah kontrak lima tahun selesai, Jimin bisa memutuskan untuk memperpanjang atau memisahkan mereka kembali. Lima tahun akan menjadi waktu yang cukup lama, jadi keputusan itu akan dipikirkannya nanti.

Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menikmati hari-harinya sebagai seorang anak SMA biasa yang menyukai kakak seniornya. Lupakan tentang pewaris perusahaan besar! Jimin bisa tak mengacuhkannya mulai sekarang.

Dengan begitu, dia memulai hari dengan senyuman lebar penuh kepuasan.

'Aku memang memiliki kemudahan tentang uang, tapi itu tidak berlaku untuk masalah percintaan. Bagaimanapun, aku puas dengan ini karena Tuhan telah menunjukkan keadilannya padaku. Dengan demikian, aku bisa mulai berusaha dan mencapai hasil yang aku inginkan.'

Lalu Jimin pun berpikir bahwa hal-hal tanpa tantangan tidak akan menarik. Cukup bagus untuk dirinya mengalami kesulitan di beberapa bidang dan kemudahan yang praktis di bidang yang lainnya. Kalau semuanya berjalan terlalu sesuai harapan, itu hanya akan membuatnya menjelma menjadi keledai yang bodoh dan pemalas.

Biasanya, kemudahan tidak akan bertahan untuk waktu yang lama. Ayahnya menjadi lama kaya karena dia mempertahankan bisnisnya untuk tetap berada dalam stabilitas. Kemudian, Jimin mengingat bahwa dia terlahir menjadi seorang bayi yang hanya seorang bayi. Bukan begitu saja dia pandai berkelahi, masa-masa pelatihan sulit di masa lalu itu akan menjadi penanda yang nyata, bahwa apa pun yang ia inginkan, semuanya sungguh harus didapatkan dengan usaha yang nyata dan tekad yang kukuh.

Meskipun pemikiran itu bisa dianggap terlalu rumit dan berlebihan, tapi selama itu baik dan positif untuk tindakannya di masa depan, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Woaah, Kara Hyung! Aku akui senyumanmu memang sesuatu! Jadi apa hal bagus yang terjadi hari ini?" Hoshi yang menghampirinya ketika memasuki gerbang berseru dengan semangat tinggi. Tidak peduli betapa buruk memar di wajahnya, si lelaki Kwon masih tidak kehilangan semangatnya.

Baiklah, sebenarnya itu hanya karena terbiasa. Tidak perlu dilebih-lebihkan.

Mengabaikan tentang 'sesuatu' yang dimaksukan Hoshi, Jimin menjawab seadanya.

"Aku adalah anak sekolah biasa sekarang,"

"Hah?" Tapi tetap saja Hoshi tidak bisa begitu saja langsung mengerti.

Selain karena tidak peka, itu juga karena kalimat yang dikatakan Jimin terlalu ambigu dan maknanya tidak jelas.

Tapi Jimin kelihatan tidak berniat menjelaskan sama sekali, dia hanya berjalan ringan menuju kelasnya. Ia dan Hoshi berpisah haluan karena kelas 10 ditempatkan di lantai satu.

"Lee Jihoon!"

Hoshi berseru memanggil ketika melihat si gadis kecil dari kejauhan, mempercepat langkahnya, dia menepuk bahu Jihoon yang langsung memberikan delik tajam.

Yang satu ini juga sudah terbiasa, jadi Hoshi tidak kehilangan senyumannya.

Melihat luka di wajah Hoshi, alis Jihoon tertaut, terlihat tidak senang.

"Apa yang sebenarnya terjadi kemarin?" Dengan cepat Hoshi memahami situasi, dia nyengir kemudian hendak berjalan pergi. Tapi Jihoon jelas tidak membiarkannya, dia menarik kerah belakang Hoshi, menyeretnya pergi ke ruang kesehatan.

Light In The Mist [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang