Chapter 20; Faded Trail

2.3K 421 151
                                    

Berjalan di antara senja yang mulai memudar berganti kegelapan malam, menelusuri gang-gang sempit luar biasa kumuh dengan aroma yang menjijikkan. Baik untuk mata ataupun hidung, tempat itu benar-benar cukup mengganggu.

Tetapi, keduanya berjalan santai, dengan langkah penuh perhitungan, seolah hafal setiap sudut dari tempat itu.

"Kenapa tidak sekalian mengajak Hoshi?" Taehyung yang berjalan di belakang bertanya, cukup heran bagaimana Jimin mengajaknya pergi secara sembunyi-sembunyi dari si Kwon muda.

"Dia cukup sentimentil tentang ini." Balas Jimin santai.

"Kenapa juga kau berepot-repot untuk mencari mereka sendiri? Bukankah kau bisa menyuruh siapa pun itu untuk mencari informasi tentang semuanya tanpa terkecuali?" Taehyung sungguh masih tidak habis pikir, tidak juga bisa membaca tindakan macam apa yang Jimin pilih saat ini.

Dengan menyeretnya kembali ke Busan, jelas-jelas mereka berdua tidak ada niatan untuk bernostalgia.

"Menurutmu ayahku akan diam saja? Lagi pula tidak seru hanya melihat lewat berkas dan beberapa lembar foto, aku ingin melihat langsung," Jimin beralasan.

"Lalu kau pikir sekarang kau sedang lepas dari pengawasan ayahmu?" Ujar Taehyung sewot. Sudah tidak asing lagi dengan keadaan Jimin yang selalu dikuntit para pengawal pribadi.

"Mereka sedang libur." Sahut Jimin asal, terlihat tidak mau ambil pusing.

Taehyung mengerang karena kejengkelannya sudah meresap sampai ulu hati. Dia benar-benar tidak tahu apa tujuan Jimin mengajak dirinya untuk mendatangi bekas markas Black Crow yang pastinya sudah tidak terurus lagi.

Black Crow sudah bubar, jejaknya pun nyaris seutuhnya menghilang. Mencari-cari anggota yang terpencar hanya karena sebuah rasa penasaran, itu tidak lebih dari mendekat kepada malapetaka.

Karena keretakan yang menjadi awal sebuah akhir dari geng berandal fenomenal itu bukanlah sesuatu yang baik dan meninggalkan kesan melegakan untuk setiap anggotanya. Bahkan untuk Jimin sendiri.

"Kau juga yakin penguntit lainnya tidak sedang mencoba menyeretmu lagi?"

Untuk yang satu ini, Jimin tidak bisa menahan dirinya untuk mendengus dengan ekspresi kejengkelan yang kentara. Jelas saja, ucapan Taehyung sungguh membangkitkan kenangan pahit–meskipun tak sepahit itu untuk membuat seorang Park Jimin terpuruk.

Alasan kenapa dirinya berakhir berbaring di rumah sakit padahal tidak sama sekali mendapatkan luka fatal akibat berkelahi dengan para Haeyang dan preman, adalah karena 'penguntit' yang diungkit Taehyung.

Sebut saja itu penculikan.

Menggelikan rasanya mendapati dirinya diculik di usianya yang sekarang. Tapi Jimin lebih dari tahu kalau seberapa banyak pun usianya telah bertambah, kemungkinan itu selalu menyertainya seperti kematian.

Selama dirinya adalah Park Jimin, seorang pewaris tunggal dari ayahnya yang terlalu berpengaruh di dunia bisnis, dia akan tetap diincar seperti itu. Lagi pula, penculikan itu bukan terjadi pertama kali, terjadi bukan hanya sekali, dua kali atau tiga kali.

Butuh banyak usaha untuk meloloskan diri, dan lolos pun bukan berarti bisa dengan keadaan utuh. Mereka bukan anak SMA atau sekedar preman jalanan, tentu saja tidak sama sekali berusaha akan sangat memalukan.

Jimin mengalahkan sepenuhnya pada sang ayah karena penculikan itu terjadi akibat dirinya diperkenalkan malam itu.

Tapi pria itu hanya menggidikkan bahu, seolah tahu bahwa pada akhirnya anaknya akan berakhir begitu. Dia tahu kemungkinan itu besar, tapi dia juga tahu Jimin pasti bisa mengatasinya tanpa bantuan siapa pun.

Light In The Mist [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang