{✔️Complete} NEURON

16. Masih ngambek?

Kalau kamu marah dikasih permen mau gak?
Permennya dibikin pake cinta tapi hihihi

-Sipa-

....

Dimas marah. Dia benar-benar marah.

Sejak semalam tidak ada satu pesan ataupun teleponnya yang dibalas. Sipa jadi merasa bersalah, ia memang sudah keterlaluan menggoda Dimas semalam.

Habisnya, Stefan seperti mendukungnya jadi dia tidak bisa untuk tidak ikut dalam alur permainan lelaki itu. Memang ya sifat aslinya Sipa begitu kalau diajak kerjasama buat ngerjain orang suka ngalir begitu saja meski tidak ada rencana diawal.

Akhirnya Sipa hanya bisa guling-guling lesu dikasur, tidak ada yang mengajaknya sarapan, tidak ada yang telpon pagi-pagi cuma buat bilang kalau dia mau berangkat kuliah, niatnya pengen bangun pagi-pagi tuh ada semangat buat hari yang panjang eh malah jadi kacau. Sipa bangkit dari rebahan, lantas jemari lentiknya sibuk bermain diatas ponsel sebelum menempelkannya ke telinga.

Tuuuut. Tuuuut. Tuuuut.

"Halo, assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh..."

"Alhamdulillah lengkap.. ngapain telpon pagi pagi?"

"Daraaaaaaa..."

Rengekan manja super itu lantas membuat Adara diseberang telpon sana segera menjauhkan ponsel dari telinga.

"Apa?"

"Dimas udah berangkat kuliah ya?"

"He emm u-udah..."

"Yakin? Kok nggak yakin gitu suaranya.."

"Yakinlah masa nggak yakin.."

"Dim, ikutan kuliah ya gua.."

Asem. Dia dibohongi. Ada suara lain menginterupsi dan sepertinya kalau dia tidak salah dengar, itu suara Stefan.

Dara terdiam tidak mengeluarkan suara cukup lama, pun Sipa tidak ingin bersuara sebelum Adara.

"Mboh wes mbak gak mau tahu, nih ngomong sama pacarmu.."

Lalu suara yang tidak ditujukan padanya itu terdengar.

Cukup lama sampai terdengar suara yang Sipa sangat ingin dengar sejak semalam.

"Halo?"

"Dimaaasss maapin Sipa dong.. kasian akutu galau gimana mau kerja ini? Jadi mager akutu.."

"Korelasi antara galau, mager sama aku maapin tuh apa mbak?"

Tuh kan nggak dipanggil ayang dia. Sipa merengut.