33. Jawaban Takdir

331 37 1
                                    

Jawaban takdir adalah sesuatu yang terkadang tidak pernah disangkakan oleh manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jawaban takdir adalah sesuatu yang terkadang tidak pernah disangkakan oleh manusia

.....

Recommended song : Winner - Color Ring

.....

Adimas baru saja sampai dirumah ketika panggilan itu masuk. Ia bahkan baru meletakkan tasnya dimeja belajar ketika ponsel dalam sakunya bergetar-getar.

Hari ini perkuliahan begitu melelahkan, semester baru dimulai tapi jam kuliah sangat padat, padahal ini hari jumat. Hari terakhir sebelum weekend. Dimas sedikit membenci jadwal hari jumatnya di semester baru ini yang sedikit kacau karena hal itu.

Merogoh saku celana, ponsel keluaran brand berlogo apel kegigit itu layarnya menunjukkan nama kontak yang akhir-akhir ini sering mengacaukan harinya.

Asyifa is calling...

Dengan satu hela napas panjang ia menerima panggilan itu. Mengabaikan Stefan yang tiduran dikasur dan meracau entah apa, Dimas tidak begitu menyimak.

"Halo?" Sapanya untuk pertama kali.

Mengatur deru napasnya sambil mendekat jendela yang terbuka lebar. Detik hanya berlalu dengan keheningan. Sampai ia kembali berucap.

"Halo? Mbak Sipa?"

Masih belum ada jawaban.

"Ada apa mbak? Berubah pikiran? Mau aku dateng ke acara besok?" Ucapnya dengan emosi yang sengaja ditahan agar suaranya keluar dengan ringan.

Namun tetap hanya hening yang dia dapat. Ia yakin ini bukan kepencet, Asyifa tidak seceroboh itu. Hanya saja mungkin, sedikit sukar untuk mengucap sepatah kata.

"Halo? Jangan bilang kepencet.." Candanya, kemudian ia terkekeh sendirian.

Keheningan masih menjadi hal yang didapatinya.

"Matikan jangan?" Candanya sekali lagi.

Tentu saja ia hanya bercanda, ia tidak akan mematikan panggilan dari Asyifa begitu saja. Keheningan lebih lama mengisi ruang, mendengus sediki kesal ia akhirnya berujar.

"Oke, aku anggap ini kepencet ya..."

Dimas menurunkan ponsel, tidak ingin terlalu lama mengharap sesuatu yang mustahil kembali. Tapi suara itu mendadak mengisi rungunya.

"Dimas.."

Adimas terdiam kaku setelah mendengar suara Asyifa yang terdengar serak.

"A-aku hiks aku nggak mau... hiks aku nggak mau nikah sama Mas Naufal Dimas.. tolong aku harus gimana?"

Ponsel itu ia genggam dengan kuat. Bayangan Asyifa yang menangis dengan isakan tersendat-sendat menyeruak masuk kedalam ingatan. Sialnya itu membuat ketegarannya goyah. Ia kembali ditenggelamkan dalam rasa ingin menarik Sipa dalam pelukannya.

{✔️Complete} NEURONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang