7. Do you have a girlfriend?

367 45 1
                                    

Mari dengarkan petuah Adimas hari ini :


'Manusia tuh wajar kalau ambil rehat sejenak, jangan kebanyakan ambil kerjaan juga nanti menguap semua energi positifnya'

-Adimas-

...

Sipa tidak pernah menyangka kalau dirumah besar Guntara Adhiguna berisi orang orang yang hangat dan penyayang. Satu hal yang sangat mewajarkan sifat Adimas yang rendah hati tapi manja juga. Widara Kusuma Dhanurendra benar-benar gambaran sosok ibu, ibu yang benar-benar memiliki sifat mutlak seorang ibu, sedangkan Guntara Adhiguna juga merupakan sosok ayah yang seperti ada pada novel-novel keluarga bahagia. Ayah yang hangat, penyayang, baik, meski begitu kharismanya sebagai seorang pelindung utama dalam keluarga juga tidak hilang, mengingatkan Sipa dengan sosok ayah kandungnya sendiri. Tapi kalau Bunda Wida sama sekali tidak ada kemiripan dengan ibunya dirumah, karena kalau kata orang Sipa itu foto copy an ibunya, apalagi perilaku dan gaya bicaranya. Persis. Omelannya juga persis, caranya menggibah juga sama persis, memang ibu dan anak yang klop tapi suka beda pendapat jadi rumahnya rame.

Sipa paham sekarang, kenapa Adimas terlihat seperti bocah didalam rumah tapi berubah layaknya lelaki seusianya diluar rumah, terutama saat jauh dari keluarga. Dirumah dia dilimpahi kasih sayang secara cuma-cuma, bagaimana bisa hal semacam ini dianggurkan? Kalau Sipa jadi Dimas mungkin ia juga akan berperilaku sama, tapi bedanya kan dia anak perempuan jadi sifat manja itu wajar.

Meski sempat gugup saat pertama kali bertegur sapa dengan Guntara, nyatanya sekarang Sipa sudah akrab dengan sosok ayah Adimas itu, meski pertemuan mereka tidak bisa lama. Guntara harus segera kembali ke kantor dan Adimas juga tidak bisa berlama-lama, ia harus kembali ke Jogja sebelum hari semakin sore. Maka setelah Guntara berangkat kembali ke kantor, Adimas juga mulai pamit pada ibunya.

"Sipa main lagi ya.." Ucap Bunda Widara sambil menggenggam lembut kedua telapak tangan Sipa.

"Sipa sih mau mau aja bunda, pokoknya ada yang ngajakin ehehe.."

"Tuh, Dimas dengerin! Sipanya jangan lupa diajak kalau mau pulang!" Ucap bunda sedikit berteriak karena sang putra sudah jauh di dekat motonya sambil memasang atribut berkendara.

"Mbak Sipa harus sesekali pulang ke Semarang kali bun.." Balas Dimas.

Sipa meringis mendengarnya. Kadang karena banyak kerjaan dia memang tidak bisa pulang. Libur yang dia miliki hanya sehari, sedangkan jadwalnya jadi guru privat juga lumayan banyak. Kalau begini mungkin ia tidak perlu repot-repot daftar CPNS deh, jam terbangnya kan sudah mirip dengan guru sekolahan.

"Lain waktu Sipa coba atur waktu bunda hehe.."

"Iya nak, bunda ngerti kok.."

Setelah acara berpamitan yang agak lama karena Bunda Widara masih merasa enggan melepas Sipa, cewek itu sekarang sudah nangkring di boncengan Dimas. Keduanya menyusuri jalanan yang sama seperti yang dilaluinya saat berangkat tadi.

{✔️Complete} NEURONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang