28. Disisi Asyifa

212 34 2
                                    

Terkadang apa yang ingin kamu tunjukkan bukanlah apa yang sebenarnya kamu lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang apa yang ingin kamu tunjukkan bukanlah apa yang sebenarnya kamu lakukan

....

Sipa tidak berniat jahat. Dia tidak memiliki pikiran untuk menghilang tanpa kabar dengan tujuan yang buruk. Justru menurutnya ini jalan terbaik.

Jalan seperti apa memangnya yang lebih baik dari ini?

Bertingkah seolah baik-baik saja sedangkan dalam hati tersakiti?

Sipa tidak bisa. Adimas mungkin sanggup melakukannya, tapi Sipa tidak. Dia tidak bisa berusaha tersenyum dengan hati yang teriris pedih.

Setiap kali memandang potret kebersamaannya dengan Adimas, sebaret luka itu serasa seperti tersiram air garam.

Pedih dan sesak dalam dada.

Andaikata Sipa dapat melihat masa depan, jika saja saat-saat dimana hari menyakitkan ini harus terjadi dapat ia persiapkan sebelumnya. Hal yang paling akan Sipa hindari adalah membiarkan perasaan Dimas tumbuh semakin besar padanya. Ia akan melakukan apapun, untuk membuat Adimas tetap pada zona yang aman. Tanpa perasaan suka itu berkembang menjadi cinta. Tanpa ada hubungan terikat yang berakhir luka.

Menurut Asyifa, saat ini segera pergi dari sekitar Adimas adalah hal yang terbaik. Dengan harapan Dimas akan mulai membencinya karena dia pergi tanpa kata. Dimas akan menganggap kalau Sipa tidak pernah sungguh-sungguh mencintainya, sehingga dengan cepat lelaki itu akan tersadar dari cintanya yang terlalu dalam dan bergegas mengakhirinya.

Tapi hal yang Sipa lupakan adalah sifat asli Adimas. Dia bukan pembenci, dia bukan pendendam, dia bukan lelaki yang mudah marah, dan tentunya saat ini dia masih berusaha menunggu hingga Asyifa mau menemuinya, berbicara padanya walaupun itu untuk terakhir kalinya.

"Mbak, Kak Dimas chat ke aku.."

Nandita, kemarin berkata demikian. Menjelaskan pada Sipa jika Dimas ingin bertemu, dimanapun dan kapanpun Sipa siap. Bahkan jika diminta datang ke Semarang, dia tidak keberatan. Satu hal yang kemudian memukul kembali perasaan Sipa dan membuatnya semakin tidak karuan.

Dimas itu terlalu baik, atau bodoh?

Sekat antara baik dan bodoh itu terlalu tipis. Kadang orang baik tidak sadar jika dia melakukan kebodohan, termasuk Dimas. Sepintar-pintar otaknya, setinggi apapun intelegent nya nyatanya jika sudah main perasaan manusia itu sama. Selalu bertingkah bodoh dan naif.

Sipa sudah menyakitinya lalu meninggalkannya. Ada penegasan jika keduanya mustahil bersatu lantas apa lagi yang dinantinya? Seharusnya dia pergi saja, mengabaikan Asyifa. Tapi Dimas tidak, dan itu membuat Sipa merasa kesakitan yang lebih lebih lagi.

"Tempenya gosong nduk!"

Sipa terkesiap, lantas buru-buru mengangkat tempe dari dalam wajan penggorengan. Benar kata ibuk, tempenya berwarna cokelat hampir hitam. Gosong.

{✔️Complete} NEURONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang