32. Sebelum Ijab Qobul

318 38 0
                                    

I don't have a heart, so that I can't feel pain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I don't have a heart, so that I can't feel pain

Everyday I talk with myself, I cast a spell upon me

But still only tears come out

8eight - Without A Heart

.....

Ternyata semuanya memang sulit.

Seperti yang dikatakan Adara, pernikahan tidak sebercanda itu. Dadanya sakit, sakit sekali seperti ada yang mengikatnya untuk bernapas bebas. Asyifa bahkan tidak bisa untuk tidak menangis setiap malam. Wajah rapuh Adimas yang terakhir kali dilihatnya adalah mimpi buruknya setiap ia terlelap.

Rasanya sakit sekali, seperti menelan sesuatu yang keras dan terasa pahit.

Keluarganya bersuka cita, seluruhnya termasuk bapak. Senyuman bapak lebar sekali, hangat dan sangat indah. Asyifa sangat bahagia melihatnya, bahagia yang menyakitkan.

Keluarga Naufal juga demikian, sama-sama senang karena putra sulung keluarga mereka akhirnya menikah. Dambaan mereka terhadap memiliki cucu semakin dekat. Dan kembali Sipa tersadar bahwa kebahagiaan mereka menyakitkan baginya.

Hari untuk sahnya hubungan antara ia dan Naufal semakin dekat. Besok adalah hari itu, tapi sejak pagi perasaan Sipa kalut. Ia sangat takut menghadapi hari esok, sehingga yang dia lakukan sejak pagi adalah melakukan kesalahan. Acara dirumahnya sudah dimulai sejak hari ini, entah apa namanya Sipa juga tidak begitu paham dengan adat. Juga ia tidak begitu peduli, urusan pernikahan ini ia serahkan sepenuhnya pada ibuk. Dia sangat tidak ingin terlalu banyak berkecimpung dalam urusan pra nikah.

Sekali lagi karena itu sangat menyakitkan baginya.

Bagaimana dengan Adimas?

Apakah dia menepati janjinya untuk bahagia?

Sipa takut, dia ketakutan. Dia takut Adimas juga sama-sama tersiksa seperti dirinya. Mungkin dia adalah calon pengantin yang paling tidak bahagia.

Pikirannya benar-benar penuh dan dia hanya bisa memikirkan Dimas disaat-saat seperti ini, rasanya ia sangat menyesali keputusannya walaupun selain dirinya semua orang nampak bahagia. Lantas bagaimana bisa mereka bahagia diatas kesedihannya? Maksudnya tidak adakah setidaknya satu orang yang menguatkannya? Memberi tepukan pada bahunya dan mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.

Hah. Sekali lagi satu hela napas terbuang darinya, bahkan jika dia melakukannya berkali-kalipun tak menghilangkan rasa terjepit dihatinya. Rasanya sesak, dia ingin menyerah, ingin menangis dengan keras tapi disaat ini. Disaat bapak bahagia mengobrol dengan saudara-saudaranya yang sudah berkumpul dirumah semenjak kemarin, bagaimana bisa ia menangis?

"Nduk, didepan ada temenmu.."

Sipa menoleh pada ibuk yang memanggilnya.

"Siapa buk?"

{✔️Complete} NEURONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang