Menyerah tak berarti kalah karena hidup tak sepenuhnya permainan
...
Asyifa selalu memesan hot chocolate, tartlet, dan tiramisu setiap datang ke café ini. Salah satu café yang menyediakan cake and bakery. Alasan Sipa datang kemari karena cafenya memang masih baru, tidak begitu ramai karena kebanyakan pengunjung datang untuk membeli kue untuk dibawa pulang, selain itu menurut Sipa tartlet nya sangat enak.
Dimas baru tahu ternyata cake and bakery yang belakangan berkembang menjadi café ini milik kakak ipar Rafathan. Ia tahu ketika tiba dan disana bertemu Viona yang sedang bercengkrama dengan Aliya, istri kakak lelaki Viona, pemilik café ini. Mereka jarang bertemu karena Aliya sendiri lebih sering di Jakarta mendampingi suaminya. Alasan kenapa setelah beberapa kali berkunjung Dimas tidak tahu tentang fakta itu.
Berdiam cukup lama seorang diri disana akhirnya seseorang yang ditungguinya tiba.
"Sorry bro, jalanan macet.."
Ferdian, lelaki itu tiba dan langsung duduk didepan Adimas.
"Mana laporannya?"
"Santai dulu kali, tenang aja udah beres. Print out, jilid terusan sesuai titah Pak Ketua.."
"Yakin beres? Lo kadang ngaco kalau bikin laporan.."
"Ngremehin ternyata! Nih bukti konkretnya.."
Ferdian akhirnya mengeluarkan laporan yang sudah terjilid rapi itu didepan Adimas, sahabatnya itu langsung membuka laporan yang dimaksud.
"Btw ya Dim, lo tahu dari mana ada café romantis kayak gini, kok gua merasa aneh ya dateng kesini buat nemuin cowok.." Ungkap Ferdian, cowok itu kemudian mengusap lengannya yang mendadak merinding.
Design café memang lebih cocok digunakan untuk kencan atau lebih cocok dikunjungi cewek-cewek. Apalagi daftar menu juga lebih cenderung makanan penutup yang manis-manis dan lebih cocok dilidah perempuan.
Dimas tidak menggubris, ia lebih memilih fokus pada apa yang dibacanya. Membiarkan Dian mencomoti cheese cake pesanannya. Ya ngakunya ngeri disini tapi ternyata lidahnya cocok dengan cheese cake itu.
"Untung lo gak typo akut kayak biasanya.."
Dimas menutup laporan dan meletakkannya disisi meja yang kosong.
"Gua gabut soalnya, dilarang kemana-mana sama ortu. Katanya takut gua pingsan lagi.." Ungkap Ferdian kemudian diakhirinya dengan kekehan geli.
Ingat sekali dengan kelakuan ibunya yang sudah seperti melihat anaknya sekarat waktu itu. Maklum sih, anak tunggal.
"Makanya otak tuh dibuat mikir, jangan dipake hiasan doang.."
"Mayan Dim, bayarannya banyak.."
Dimas hanya geleng-geleng kepala. Dimas memang bukan tipe orang seperti Dian yang akan rela membagi-bagi waktu kuliah dengan hal-hal seperti bekerja part time untuk menghasilkan uang sendiri. Ia tipe orang yang fokus pada satu hal dalam satu waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔️Complete} NEURON
FanfictionSel saraf atau neuron merupakan satuan kerja utama dari sistem saraf yang berfungsi menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang). (Cr. Wikipedia) Mereka sama abu-abunya soal cinta. Tetapi ketika bersama, lambat...