29. Bertemu

205 35 4
                                    

Time doesn’t heal emotional pain, you need to learn how to let go

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Time doesn’t heal emotional pain, you need to learn how to let go.

Roy T. Bennett, The Light in the Heart

.....


+628560837xxxx

Dimas, apa kabar?

Ini Sipa, kalau besok jemput aku di tempat biasa turun bis bisa? Hehe..

...

Adimas tersedak, lantas tangannya tanpa sengaja menumpahkan air mineral dari gelas milik Stefan hingga menumpahi celana milik sepupunya.

"EHEEI kampret anjir basah oiy!"

Stefan, minggu lalu tiba kembali ke Jogja setelah seminggu sebelumnya pulang ke Amerika. Mungkin dia kebanyakan duit makanya bolak-balik Indonesia-Amerika serasa kayak Solo-Jogja saja.

"Sorry sorry.."

Dimas menarik beberapa helai tissue lantas mengangsurkan pada Stefan. Adara yang ada diruang tengah bersama Abyan yang sedang bermain susun balok hanya geleng-geleng kepala. Ini sudah pukul sepuluh dan kedua sepupu Radhitya itu baru saja turun dari kamar kayak perawan. Dulu, Dimas tidak sampai harus dipanggil turun ke meja makan untuk sarapan. Beda dengan Stefan yang molornya memang sampai siang jadi harus dibangunkan.

Stefan mendumal kesal, dia baru mandi dan baru berganti pakaian. Tapi celananya basah ditempat yang tidak tepat, bisa bisa dikira ngompol dia.

Sedangkan Dimas sudah abai, dia kembali fokus pada pesan masuk di ponselnya. Pesan itu masuk sejak kemarin sore dan kalian pasti belum lupa betapa Adimas jarang membuka pesan chat di whatsappnya. Mengabaikan gemuruh di dalam dada, ia buru-buru mendial nomor itu. Mengingat ia sangat terlambat membuka pesannya.

Panggilannya langsung tersambung dan diangkat dengan cepat oleh orang dari seberang panggilan.

"Halo"

Adimas tercenung mendengar suara itu. Rasanya sudah lama sekali.

"Kamu dimana sekarang?"

"Abis ini mau turun, kenapa telponnya nggak diangkat?"

"Maaf, tadi aku tidur lagi. Kamu tahu sendiri aku jarang buka whatsapp karena kebanyakan spam.."

"Iyaa gapapa, kita ketemu di café aja ya? Nanti aku ngegrab aja.."

Mempertimbangkan waktu, dia sendiri belum apa-apa termasuk belum mandi karena memang ya dia sudah bilang kan kalau bangun tidur. Semalam dia main game sampai pagi sih gara-gara tidak bisa tidur.

"Iya.."

Sambungan tidak terputus. Keduanya masih sama sama terdiam dengan ponsel yang masih menempel ditelinga. Sampai terhitung menit berlalu dan Sipa menjadi orang pertama yang memutuskan mengakhiri panggilan.

{✔️Complete} NEURONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang