30. Pembicaraan

244 32 8
                                    

Kenyataannya, manusia selalu ingin melakukan hal yang ternyata tidak sanggup mereka lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenyataannya, manusia selalu ingin melakukan hal yang ternyata tidak sanggup mereka lakukan

.....

Asyifa itu sederhana, tidak seperti kebanyakan perempuan yang suka mengkoleksi make up, tas atau berlomba-lomba mengenakan pakaian yang sedang trend pada masanya. Dia apa adanya.

Jogja panas, pakai yang rempong bikin keringetan katanya. Itulah kenapa saat keluar bersama Dimas ia lebih sering memakai kaos, kemeja flanel atau atasan-atasan sederhana lainnya. Dimas pernah berandai ingin menikahi seorang wanita yang memiliki sifat keibuan seperti bunda lalu saat bertemu dengan Adara, tipe idealnya berubah haluan. Ia ingin menikah dengan wanita yang penyabar, penyayang dan sederhana seperti Adara.

Kemudian bertemu dengan Asyifa ia seperti menemukan pilihannya. Wanita yang tidak jauh berbeda dengan Adara, dan poin tambahannya Asyifa itu selain cantik dan manis ia sangat menyenangkan. Mengobrol dengannya seharian sangat betah, bahkan untuk Dimas yang sulit berkomunikasi dengan orang baru.

Namun, memang sepertinya semua itu hanya ada dalam angan. Nyatanya kenyamanan yang dia dapatkan dari Asyifa berubah menjadi luka tatkala keduanya dipaksa untuk mengerti akan keadaan.

"Rasanya baru kemaren kita jalan kesini, ternyata udah sebulan aku nggak ngapel Lippo Plaza ya?"

Yah tongkrongan mereka kalau nggak café paling Lippo Plaza. Ya habis mau agak jauh sama sama sibuk, untung ada rooftop keren kayak ini buat kencan kan?

Kencan?

Dimas tersenyum getir.

"Bapak yang minta aku ke Jogja.."

Seolah dihempas pada kenyataan Dimas mendesah kecewa saat kembali disadarkan kalau kencan yang mereka lakukan hari ini hanyalah bohongan belaka.

Dia menunduk, tidak ingin berbicara, hari ini rasanya dia ingin menjadi pendengar saja. Takut kalau kata-katanya salah diartikan, lalu Asyifa kecewa padanya yang lebih memilih pasif daripada memberi setidaknya satu usaha untuk menarik Sipa kembali pada hubungan mereka yang bahkan baru dimulai.

Sejujurnya Dimas hanya berusaha bijak disini, berusaha menilai antara benar dan salah.

"Bapak kayaknya merasa bersalah banget sama kamu, mungkin karena reaksi kamu beda dengan yang dibayangkan bapak. Sama kayak aku yang bingung karena kamu bahkan nggak membantah sama sekali. Sedangkan aku aja awalnya pengen nolak.."

Dimas masih menunduk. Bahkan ketika Sipa selesai berbicara dan mulai memandangnya. Sipa memandang sendu, tidak kuasa menatap lelaki itu lebih lama.

"Bukan begitu mbak, bukan karena aku nggak pengen kita bisa bersama sampai akhir. Kalau bisa juga aku pengen kayak gitu, tapi disini aku mencoba memposisikan diri sebagai Adimas anak ayah dan bunda lalu memposisikan kamu sebagai Asyifa anak perempuan pertama di keluarga mbak. Kita dalam posisi yang tidak bisa untuk membantah apa yang sudah direncanakan bapak.."

{✔️Complete} NEURONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang