"Anna, Kakakmu akan pulang bulan depan bukan?" Dengan mata menyipit mengingat kepulangan kakak Anna, Romeo Wang. Anna bahkan membicarakannya hampir setiap saat tentang kepulangan kakaknya itu dari Amerika.
"Hmm...." terdengar suara dehaman dari Anna yang masih melihat majalah dan televisi bergantian.
"Apa... kakakmu mau jadi temanku ke pesta ulang tahun?" Suara permohonan Laura seperti cicitan karena malu.
"Siapa yang ulang tahun bulan depan? Aku diundang tidak? Teman kita?" Sekarang Anna mulai memperhatikan Laura dan mengalihkan wajahnya dari majalah di depannya.
Laura diam seperti ragu-ragu untuk membicarakannya.
"Siapa?" Anna mulai kesal karena merasa diabaikan
"Lily!"
"Maksudmu Lily saudara tirimu akan mengadakan pesta ulang tahun? Berapa usianya? Bukannya dia sudah tua?" Anna menyeringai.
Laura melempar bantal pada Anna, namun ia berhasil menghindarinya dan merasa bangga.
"Umurnya 25, walaupun terlihat 30 dimataku." Ucap Laura datar. Dan Anna mengiyakannya dengan anggukan keras. "Dan kami akan merayakannya di rumah, dengan mengundang hampir seluruh teman dan relasi bisnis Ayah." Diakhiri dengan helaan napas kasar. Laura memikirkan bagaimana nanti dia akan diperlukan di rumahnya sendiri oleh keluarganya.
"Wow, Ayahmu memang penyayang. Bahkan mengadakan pesta besar semacam itu untuk anak tirinya". Anna mulai tertarik dengan pembicaraan ini. Dan mengubah posisi duduknya menghadap Laura.
"Fiona meminta kepada ayah agar merayakannya besar-besaran. Karena ...." Laura terdiam, memikirkan kata yang tepat selanjutnya.
"Karena Fiona ingin Lily dianggap dikalangan atas seperti kamu. Karena Lily sekarang putri keluarga Asmasubagja juga jadi dia ingin dikenal oleh teman dan relasi bisnis Ayahmu, karena Lily sudah tua alias sudah waktunya untuk menikah, pasti ibu tirimu itu ingin mendapatkan menantu yang selevel dengan statusnya sekarang yaitu Nyonya besar keluarga Asmasubagja. Benar begitu bukan?" Cerocos Anna panjang lebar terselip sedikit emosi dari kata-katanya.
Tepat! Batinnya.
Laura tersenyum mengiyakan, terlihat wajahnya sedikit melongo karena semua yang dikatakan Anna benar sekali.
"Sudah kuduga! Dasar wanita licik, setelah dia mendapatkan ayahmu yang terkenal kaya raya. Sekarang menargetkan menantu kaya raya untuk membuat posisinya dan anak-anaknya kuat dan tidak tergoyahkan dikalangan sosialita kita".
"Apa kamu berpikir seperti itu?" Laura menatap tajam Anna dengan semua pernyataanya.
Anna tersenyum mencemooh. Dengan menaikan sebelah bibirnya seperti mencibir.
"Jangan bilang kamu tidak berfikir kearah sana juga Laura?" Anna mulai menajamkan matanya. Laura hanya diam tidak menimpali.
"Aku tahu kamu pintar Laura tapi kelemahanmu adalah kamu terlalu baik pada mereka! Orang-orang yang telah mengambil ayahmu dan hakmu sebagai satu-satunya putri keluarga Asmasubagja." Anna mengakhiri pembicaraannya dengan menarik nafas lega. Matanya langsung menatap Laura, berharap dia tidak tersinggung dengan kata-katanya.
"Aku___ tidak bisa melakukannya." Suara lemah Laura terdengar. "Fiona adalah wanita satu-satunya yang ayah biarkan masuk ke dalam keluarga ini. Ayah membiarkan wanita ini masuk ke dalam kehidupannya sendiri setelah ibuku meninggal 10 tahun lalu. Aku melihat ayah bisa tertawa lagi berkat Fiona dan kami menjadi keluarga yang utuh karena keberadaanya. Apakah aku bisa berpikir seperti itu?"
"Sepertinya aku tidak bisa." Laura mengakhiri ucapannya dengan berat hati.
"Aku tahu kamu kuat." Anna mendekati Laura dan mengusap pundaknya dengan penuh sayang. Setelah itu Laura mengucapkan terimakasih atas pembelaan Anna kepadanya.
***
Danny Louis, berjalan dengan santai menuju ruang makan di rumahnya. Sambil melepas kancing lengannya di kiri dan kanan ia mulai melepaskan jas yang menempel pas ditubuhnya dengan gerakan lambat. Menyampirkan jasnya yang telah dibuka ke kursi makan. Dia pun berjalan menghampiri seorang wanita paruh baya. Dan mencium pipinya dengan lembut. "Selamat malam, Mom."
"Malam sayang, cepat duduk kita makan malam." Sambil mengusap lengan putranya dengan lembut Jane Louis menghela Danny duduk di kursi sebelahnya.
"Malam, Dad."
"Malam Son, bagaimana kerjaanmu di kantor? Tidak ada masalah?" Ayahnya, Chris Louis, menurunkan Ipadnya ketika mulai memperhatikan anaknya itu.
"Sejauh ini tidak ada, tapi minggu depan aku harus pergi ke Amerika mengurus perusahaan kita di sana." Ucapnya dengan sedikit mengerutkan dahi.
"Uruasan kantor bisa kalian obrolkan nanti setelah makan malam." Jane memotong pembicaraan mereka dengan sengaja dibuat marah.
Ayah dan anak itu menurut dan tidak melanjutkannya lagi. Mereka makan malam dengan tenang, diselingi candaan-candaan yang hangat. Berbeda sekali dengan keluarga Laura
TBC
Danny Christopher Louis
IG. essafirdaus
KAMU SEDANG MEMBACA
Exit | Louis #1 (END)
RomanceCerita ini suda ada di Aplikasi Karya Karsa 73 Chapter End + Extra Part Wattpad and Uncensored Version EXIT. Leave From that House and Find Your Own Happiness. Laura Ellena Asmasubagja " Tuan, maukah kau menikah denganku?" Seorang wanita melamar pr...