Flashback. Rumah Sakit International
"Tuan," terdengar suara seorang pria memanggil Alex yang duduk di sofa ruang perawatan Laura. Alex menoleh dan menatap pria tersebut. Dan mulai memasang wajah waspada. Sebelum berbicara kembali, Alex berjalan kearah tempat Laura dan melihat ia sedang tidur. Ia memperhatikaan beberapa saat. Tidak lama ia pun sedikit menjauh dari tempat Laura untuk kembali berbicara dengan pria tadi.
"Bagaimana?" Tanya Alex dengan suara pelan. Takut Laura mendengar apa yang akan mereka bicarakan.
"Seperti yang Tuan perkiraan, mobil Nona Laura di sabotase, selang rem mobilnya bocor." Ucap pria tersebut.
Hening.
Alex terdiam.
"Terlihat ada robekan kecil seperti sayatan pisau disana, seperti sengaja dilakukan untuk mencelakakan Nona Laura." Pria tersebut menjeda
Alex mulai memanas menahan emosi, raut mukanya berubah marah.
Sebelum pria itu meneruskan laporannya, Alex memotong. "Cukup, kita lanjutkan pembicaraan ini nanti setelah semuanya jelas." Ucap Alex, ia berjalan menuju pintu dan keluar ruangan diikuti pria tersebut. Mereka berdua tidak tahu, semua pembicaraan tersebut didengar juga oleh Laura yang berpura-pura tertidur pada saat pria itu tadi datang ke kamar ini.
Setelah Alex keluar kamar, Laura membuka matanya. Tubuhnya bergetar tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Takut. Itu yang sekarang dirasakannya. Seseorang ingin mencelakaikanya.Seseorang mungkin ingin dirinya mati. Laura mulai terisak, menangis dalam kesendiriannya.
End
Plaza Mall
Fiona dan ketiga anaknya, Laura, Lily, dan Rosa sedang memilih gaun di sebuah Mall terbesar di Jakarta. Mall milik keluarga Wang ini sangat lengkap, berisikan butik dari perancang terkenal seluruh dunia. Gucci, Valentino, Versace, Dior, Chanel, Ralph Lauren dll. Fiona, dengan wajah sumringah, memilih gaun yang akan dipakai Lily untuk ulang tahunnya. Pilihan Fiona jatuh pada gaun putih panjang yang menjuntai sampai ke lantai. Memperlihatkan belahan dadanya. Fiona berfikir gaun ini sangat mewah dan seksi. Karena Lily harus menjadi pusat perhatian di pesta itu.
Gaun Rosa sederhanaberlengan panjang, dengan belahan yang sampai keatas pahanya.
Gaun Rosa sederhana berlengan panjang, dengan belahan yang sampai keatas pahanya.
Laura dipilihkan gaun yang lebih sederhana, tanpa ada aksen apa-apa. Gaun tanpa lengan dengan tali yang dililit kelehernya. Fiona ingin hanya Lily yang menonjol. Dan Laura hanya bisa mengikuti keinginan ibu tirinya itu.
Persiapan ulang tahun Lily sudah hampir seratus persen selesai. Undangan sudah disebar, dekorasi dan makanan sudah dipesan. Fiona mengeluarkan budget yang tidak sedikit untuk pesta ini, tentu saja semua itu uang ayah Laura. Ayahnya tidak bisa menolak karena Lily sendiri yang meminta agar kali ini saja pesta ulang tahunnya diadakan sebegitu mewah. Bahkan bunga untuk dekorasi didatangkan dari luar negeri. Terlalu berlebihan pikir Laura. Dan dengan gamblang Fiona meminta Alex untuk mencarikan Lily pasangan dari anak teman bisnisnya itu. Alex tidak menolak, tapi tidak mengiyakan juga permintaan Fiona. Sikap Alex sudah mulai dingin terhadapnya, Fiona yang mulai menyadari perubahan sikap Alex. Sekarang menjadi lebih perhatian, baik kepada Alex terlebih kepada Laura. Tapi mereka tahu, itu hanya kepura-puraan Fiona. Karena raut muka Fiona pada saat itu terlihat dipaksakan.
"Kirim semua gaun yang telah disesuaikan dengan ukuran tubuh putri-putriku ke rumah keluarga Asmasubagja secepatnya!" Dengan sombong Fiona berbicara kepada pelayan butik tersebut.
"Baik, Nyonya."
Setelah itu mereka semua keluar dari sana. Dengan mendapatkan hormat dari para pelayan butik.
***
"Danny!"
Suara perempuan paruh baya terdengar memenuhi rumah Danny. Terdengar kesal, terdengar menuntut, dan tentu saja terdengar sangat marah. Tiba di depan pintu kamar Danny, wanita tersebut terus menggedor-gedor tidak sabar.
"Bruk.. Bruk.. Bruk.. Buka pintunya Danny!"
Hening.
Tidak lama terdengar suara dari dalam dan langkah kaki mendekati pintu.
Ceklek ... Pintu terbuka, dan memperlihatkan Danny yang setengah bangun, dengan rambut acak-acakan, mata yang masih setengah terbuka dan dia tidak memakai baju di bagian atas.
Jane melotot, karena itu sangat tidak sopan di matanya. Para pelayan yang lewat seperti mendapat angin segar melihat tubuh setengah telanjang majikan tampannya itu.
"Pakai bajumu Danny." Perintah ibunya.
Danny berbalik dan masuk ke dalam kamar dengan malas diikuti ibunya. Mengambil kaos yang dapat ia temukan di lemari dan duduk di sofa kamarnya. Sementara Jane sudah duduk terlebih dahulu dan menunggu anaknya sadar dari setengah tidurnya.
"Ada apa, Mom?" Danny memijit pelipisnya, sedikit pusing karena dibangunkan dengan cara yang bar-bar seperti ini.
Jane mendelik dan melemparkan sesuatu ditangannya ke tangan Danny. Sebuah koran pagi.
"Apa maksudnya berita itu?" Danny mulai membuka koran yang terlipat yang dilempar ibunya dan mendapati fotonya di halaman depan dengan headline besar, "The Truth About Danny Louis".
"Disana tertulis kalau kamu sendiri dalam wawancara mengatakan tidak menyukai wanita, apa kamu sudah gila, Danny?" Ibunya mulai kehilangan kesabaran.
Ya benar, aku sudah gila. Batinnya
TBC
Danny Louis
KAMU SEDANG MEMBACA
Exit | Louis #1 (END)
RomanceCerita ini suda ada di Aplikasi Karya Karsa 73 Chapter End + Extra Part Wattpad and Uncensored Version EXIT. Leave From that House and Find Your Own Happiness. Laura Ellena Asmasubagja " Tuan, maukah kau menikah denganku?" Seorang wanita melamar pr...