REVISI - 7. Who?

23.1K 1.3K 25
                                    


"Bos, pesawat kita akan pergi tiga jam lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bos, pesawat kita akan pergi tiga jam lagi." Eddie masuk ke ruangan kerja Danny dan berbicara sambil melihat jadwal Danny di Ipad miliknya tanpa melihat Danny yang sedang duduk melihat keluar jendela.Danny hanya melirik dengan ujung matanya, dan kembali melihat keluar.

"Saya sudah mempersiapkan keperluan kita di sana." Eddie menaikan wajahnya dan baru melihat wajah atasannya itu.

"Beritahu Pak Damar untuk Handle tugas-tugas yang ada di Jakarta. Untuk keperluan yang sangat penting dan urusan yang membutuhkan kehadiran saya, tunda sampai kita kembali dari Amerika." Ucapnya.

"Pantau terus perusahaan disini, saya tidak mau ada kesalahan atau menyalahgunakan wewenang pada saat saya pergi."

"Baik bos!" Eddie mengangguk tanda mengerti.

"Kita bisa pergi sekarang bos?"

"Tidak, tunggu lima menit, saya menunggu seseorang."

Eddie memiringkan kepalanya, bertanya-tanya siapa tamu bosnya.

Tok.. Tok.. Tok.. Suara ketukan terdengar di depan pintu ruangan.

"Eddie, persilahkan orang itu masuk. Dan tutup pintunya, saya tidak mau diganggu siapapun." Danny masih melihat keluar jendela.

Eddie melangkahkan kakinya dan membuka pintu. Setelah melihat kearah orang yang ditunggu bosnya. Eddie sempat terdiam sejenak. Kaget! Seorang pria dengan kacamata, topi, dan masker sudah diam menunggu di depan pintu. Seperti yang terlihat di foto yang beredar di masyarakat bahwa Danny ada Affair dengan pria ini.

"Biarkan dia masuk!" Terdengar suara Danny dari dalam ruangan. Eddie melihat pria itu masuk dan menutup rapat pintu ruangan.

***

Pagi di hari Minggu, Laura sepertinya ingin berolahraga. Dia bangun pagi sekali. Dengan mata yang masih setengah terbuka ia berjalan menuju kamar mandinya untuk bersiap-siap. Laura melirik jam di kamarnya, masih pukul 06.15 pagi, pikirnya. Setelah mengenakan pakaiannya, tidak lupa sepatu lari yang biasa dikenakan, ia mengambil tas dan kunci mobilnya.. Laura berpikir akan pergi nge-Gym di salah satu Mall di Jakarta.Setelah pintu gerbang terbuka ia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Karena masih pagi jalanan tidak terlalu padat. Lagipula ini hari minggu.

Mobil Laura berbelok di pertigaan, dan bertemu jalan yang sedikit menurun. Pada saat jalanan menurun tersebut Laura tidak bisa mengerem mobilnya, dicoba berkali-kali mobilnya tidak melambat sedikitpun. Malah mobilnya bertambah cepat. Takut. Panik. Jantung Laura berdetak dengan cepat.Dengan refleks, Laura membanting setir mobilnya ke kiri menyebabkan mobil yang ia kendarai menabrak pembatas jalan dan tiang listrik. Kepalanya berdenyut nyeri, kakinya terjepit dan tidak bisa digerakan, saat itu yang Laura pikirkan hanya satu, "Ayah" Gumamnya dan semuanya menjadi gelap.

Exit | Louis #1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang