REVISI -10. Good Will

16.3K 928 22
                                    

"Darimana kamu Anna?" Ibunya yang sedang duduk di sofa dan menonton televisi mengalihkan pandangannya kearah putrinya yang baru datang.

"Rumah Laura, dia baik-baik saja kalau ibu ingin tahu." Anna tersenyum.

"Ibu mendapatkan telepon dari Fiona Asmasubagja, Ibu tiri Laura. Dia bilang kamu menarik rambut Lily tanpa sebab. Benar begitu Anna?"

Anna diam sejenak. "Iya benar, aku yang melakukannya. Dan aku punya alasan kenapa melakukannya, Bu." Ucap Anna mantap.

"Hmmm.."

"Kalau ibu boleh tahu, alasan apa yang membuat kamu bertindak tidak sopan seperti itu, Anna? Sepertinya ibu tidak perlu memberitahukanmu lagi, bahwa perbuatanmu itu sangat tidak terpuji sayang." Liliana menatap Putrinya tegas.

"Tadinya aku tidak akan mengatakannya, tapi karena ibu bertanya akan aku jawab."

"Aku melakukannya karena Lily menyebut Laura pembohong. Laura berbohong tentang kecelakaan tersebut karena ingin mendapat perhatian ayahnya."

"Dan menurutku itu tuduhan yang sangat kurang ajar. Makanya aku menarik rambut Lily untuk memberi dia pelajaran agar mulutnya dijaga." Anna menjelaskan dengan enteng.

"Dan aku sama sekali tidak menyesal melakukannya." Ucap Anna tersenyum bangga.

Liliana mengerutkan dahi. Tidak habis pikir dengan tingkah anaknya itu. Entah menurun dari mana sifat bar-bar anaknya. Tapi disisi lain, Liliana senang karena Anna dapat memilih mana yang benar dan salah dan membela temannya yang menurut dia benar.

"Baiklah, kali ini Ibu tidak akan mempermasalahkan ini." Ucap Liliana menatap lembut anaknya. "Tapi tolong jaga sikapmu Anna, demi nama keluarga Wang." Tuturnya.

Anna menatap Ibunya dengan rasa bersalah. Tidak memikirkan sampai sejauh itu.

The Ritz-Carlton Hotel Central Park. Manhattan, Amerika.

Danny sebagai CEO Louis Corp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Danny sebagai CEO Louis Corp. International mengadakan rapat dengan para petinggi hotel Ritz-Carlton di salah satu ruangan hotel miliknya. Dengan raut wajah kurang bersahabat, ia duduk di kursi paling ujung meja panjang tersebut. Memperhatikan orang di depan yang menjelaskan tentang laporan perkembangan hotel. Hampir dua puluh lima orang petinggi dan pengurus The Ritz-Carlton Amerika menghadiri rapat yang diadakan secara mendadak. Danny sebagai pemegang saham terbanyak mewakili Daddy-nya. Dengan 59% di Ritz-Carlton Hotel Amerika, dan menjadikan Danny CEO di Hotelnya sendiri. Bahkan ibunya, Jane Louis memiliki saham sebesar 11% atas namanya. Sisanya 30% adalah milik dua puluh orang pemegang saham lainnya.

Aura intimidasi sangat jelas terlihat diwajahnya, Eddie sekertaris yang berdiri di sebelahnya terlihat menahan napasnya ketika presentasi selesai. Hasil investigasi sementara tim Danny menyebutkan hampir US$ 1juta atau sekitar 14,1 Milliar Rupiah laba hotelnya, The Ritz-Cartlton tidak tercatat selama beberapa bulan ini.

"Saya ingin kerjasama kalian dengan tim audit yang saya tunjuk untuk menyelidiki aliran dana yang hilang." Ucapnya tegas, tajam, dan penuh penekanan. Semua yang diruangan hanya bisa mengangguk mengerti. Setelah semuanya beres, Danny keluar ruangan terlebih dulu diikuti Eddie sekertarisnya.

"Maaf bos, sepertinya tim audit kita disini memerlukan waktu kurang lebih satu bulan untuk mengetahui penyebabnya." Sekarang Eddie dan Danny sedang berada di Lift yang akan membawa mereka ke kamar paling atas The Ritz-Carlton.

Sesampainya di kamar, Danny berjalan menuju sofa, membuka kancing depan jas mahalnya, serta kancing di tangan kiri dan kanan. Setelah itu melepaskan dari tubuhnya dan meletakannya di atas meja.
Danny duduk dengan menyenderkan punggung badannya. Menutup matanya sejenak, mengistirahatkan badannya yang lelah karena urusan pekerjaan. Jadwalnya di Amerika cukup padat, bahkan dia tidak sempat menelpon ibunya untuk memberi kabar. Pasti sekarang ibunya sangat marah, pikir Danny.

Sudah Sepuluh hari dirinya berada di Amerika dan dia mulai merindukan Indonesia.

Hening.

Terdengar suara langkah kaki mendekat, dan berhenti tepat di sampingnya.

"Bos, dua hari lagi kita pulang ke Indonesia, urusan disini sudah selesai."

Danny masih memejamkan matanya. Tidak ada respon ataupun pergerakan dari Danny

Apa bos tertidur? Batinnya.

"Majukan jadwal kepulangan kita jadi besok." Titahnya masih dengan memejamkan mata.

"Ma-maaf bos tapi masih ada pertemuan yang harus kita hadiri di sini." Eddie bersikeras. Dia tidak mau jadwal yang sudah tersusun rapih hancur begitu saja.

"Kirim wakil yang paling terpercaya, kita pulang ke Indonesia besok!" Ucap Danny tidak ingin dibantah. Eddie membolakan matanya, ketakutannya akhirnya terjadi.

Dasar Bos sialan!! Batinnya.

TBC

Danny Louis

Danny Louis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Exit | Louis #1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang