REVISI - 25. Apartement

26.3K 1.5K 80
                                    

Jakarta Lounge and Bar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta Lounge and Bar.

"Apa makanannya tidak enak?" Danny bertanya karena melihat Laura memainkan makanannya bukan memakannya.

"Ah tidak ini enak kok." Laura menjawab cepat. Dan mulai menyuapi dirinya sendiri. Sebenarnya bukan makanannya yang salah tapi tatapan orang-orang yang tidak enak. Sejak kedatangan mereka berdua ke restoran ini. Laura mendengar banyak bisik-bisik dan mata mereka bukan hanya melirik tapi dengan terang-terangan menatapnya, menatap mereka berdua.

Laura menghela napas. "Kenapa?" Tanya Danny.

Laura melirik Danny. "Apa kamu tidak merasa risih? Banyak yang memperhatikan kita?" Laura berbisik dengan sedikit mendekatkan badannya kearah Danny.

Danny mengedarkan pandangannya ke kiri dan ke kanan. Ia tersenyum. Senyum yang membuat kaum hawa terpesona setengah mati. "Karena itu kamu jadi tidak berselera? Seharusnya tidak perlu bersikap seperti itu. Biarkan saja mereka." Danny terkekeh, Ia melanjutkan memotong steak kemudian melahapnya.

"Tapi aku tidak terbiasa dengan semua ini." Laura merengek tidak suka. Tiba-tiba terdengar ponselnya berbunyi. Laura mengambil tasnya. Tangannya merogoh ke dalam mencari benda kotak itu. Dan Terlihat di layar nama penelpon.

Ayah Calling...

Sebelum mengangkatnya, Laura sedikit melirik Danny yang masih anteng dengan makanannya seakan tidak peduli siapa yang meneleponnya. Laura berdeham menetralkan suaranya sebelum menggeser tombol hijau dilayar ponselnya. " Halo?"

"Dimana kamu, Nak?"

"Aku sedang makan malam." Jawab Laura sedikit ragu.

Hening. Laura tidak pernah makan malam di luar kalau tidak dengan keluarganya atau dengan Anna sahabatnya.

"Dengan Danny?"

Tepat! "Iyah Ayah, aku akan pulang secepatnya." Ucap Laura cepat, Ia melirik Danny yang sekarang menatapnya dengan tangan terlipat di meja.

"Hati-hati Nak, Ayah menunggumu di rumah." Ucapnya penuh kekhawatiran.

"Iyah." Laura menghela napas, tadinya ia kira akan dimarahi ayahnya.

"Ayahmu?" Danny bertanya membuyarkan lamunannya. Laura hanya mengangguk dan meletakan ponselnya di atas meja. Lalu mulai melahap steak-nya kembali. Danny hanya diam, tidak lama tangannya terangkat memanggil pelayan. Laura tidak terlalu memperhatikan apa yang dilakukan Danny, tapi pelayan tersebut menaruh gelas anggur di sisi sebelah piringnya dan menuangkan cairan merah ke dalam gelas itu. Setelah selesai, pelayan tersebut pergi dan meninggalkan Laura dengan wajah heran.

"Apa kamu baru pertama kali melihat wine?" Tanya Danny datar.

Laura hanya diam, seandainya ia menjawab pasti ia mempermalukan dirinya sendiri di depan Danny. "Minumlah, steak dan wine adalah pasangan yang cocok." Ucap Danny memberitahu sambil mengangkat gelas dan sedikit menggoyangkan gelas tersebut sebelum menyesapnya sedikit demi sedikit.

Exit | Louis #1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang