REVISI - 32. Louis Parent

22.3K 1.4K 67
                                    

"Kamu tidak apa-apa?" Anna menelpon Laura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tidak apa-apa?" Anna menelpon Laura.

"Tidak, hanya saja ayah berubah sikap padaku, itu saja." Jawab Laura yang masih terkurung dikamarnya.

Anna menghela napas. "Fiona dan anak-anaknya bagaimana? mereka tidak memperparah keadaan bukan?"

"Tidak, hanya saja mereka membuatku tambah merasa bersalah dengan menyebutku telah mencemarkan nama baik keluarga Asmasubagja."

"Harusnya aku ada disana saat mereka melakukan itu, akan kutarik semua rambut mereka sampai rontok." Ucap Anna dengan antusias.

"Hahaha.", "Aku ingin bertemu denganmu Anna, banyak yang ingin kuceritakan," ucap Laura parau. "Sudah hampir dua minggu aku terkurung di rumah ini sejak berita itu keluar. Tapi ayah sama sekali tidak sedikitpun berubah, padahal aku sudah mengatakannya berulang kali bahwa aku dan Danny tidak melakukan apa-apa." Laura mulai Frustasi.

"Maafkan aku, aku tidak menyangka seseorang mengambil foto kita pada saat di apartemen Danny. Aku dan sekretaris Danny ada disitu pada saat kamu dipindahkan dari apartemennya ke apartemenmu. Tapi kenapa hanya foto kalian berdua yang tersebar."

"Aku sudah menjelaskannya pada ayahmu kemarin, tapi dia tidak mau mendengarkanku, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi." Ucap Anna lemah. Segala cara sudah ia perbuat untuk meyakinkan ayah sahabatnya itu.

"Tidak apa Anna, dan terimakasih sudah membelaku."

"Apa Danny sudah menghubungimu?" Tanya Anna.

Hening. "Eddie yang menghubungi, dia bilang Danny tidak bisa menghubungiku ataupun bertemu denganku untuk saat ini karena berita yang beredar cukup membuat orang tuanya marah besar." Jawab Laura.

Anna tertawa sinis diseberang sana. "Dasar pria tidak tahu diri, pada saat kacau seperti ini dia mau cuci tangan. Harusnya pihak wanitalah yang dirugikan dengan pemberitaan ini, terutama dirimu Laura. Setidaknya ia membelamu atau mengklarifikasi tentang berita ini, kenapa malah tidak ada respon sama sekali." Ucap Anna kesal.

Laura hanya diam, karena dia sendiri bingung menghadapi situasi ini.

***

"Non, ditunggu makan malam di bawah." Ucap Bik Wati dari balik pintu kamarnya.

Laura menghela napas. Selain sarapan, makan siang, dan makan malam. Dia hanya boleh diam di kamarnya. Ia akan dipanggil kalau sudah waktunya makan. Laura berjalan lemas menuju pintu, sebetulnya ia tidak nafsu makan, kepalanya sedikit pusing akibat terlalu banyak menangis dan banyak pikiran dua minggu ini. Tapi ia tidak bisa menolak karena situasinya tidak mengenakan.

Laura membuka pintu. "Iya Bik, sebentar lagi Laura ke bawah." Ucapnya lemah.

Bik Wati diam, menilik pada wajah nona mudanya itu dibalik pintu kamar. "Non sakit? Muka non pucat sekali." Ucap Bik Wati, sedikit khawatir.

Exit | Louis #1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang