REVISI - 6. Gay

25.1K 1.4K 17
                                    

"Ini minuman dan buah kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini minuman dan buah kalian." Jane membawa nampan berisi minuman dan makanan ke dalam ruang kerja suaminya. Mereka berdua masih serius berbicara, terdengar sedikit perdebatan kecil dan itu membuat Jane tersenyum.

"Berapa lama kamu di Amerika? Apakah Mom perlu ikut denganmu?" Jane sengaja memotong perdebatan mereka, dan ingin ikut diperhatikan juga.

"Mom, aku bukan anak kecil lagi." Danny menatap sayang ibunya. Dan menghentikan pembicaraan dengan Daddy-nya. Daddy-nya mengerti di rumah ini yang lebih berkuasa dari dirinya adalah istrinya.

"1-2 minggu di Amerika bukan hal baru buatku. Dulu aku kuliah disana bertahun-tahun tidak ada masalah bukan?" Danny merangkul ibunya dengan satu tangan.

"Mom tahu, Mom berharap kamu punya pendamping secepatnya. Mom ingin ada yang menjaga kamu. Seandainya kamu pergi, mommy punya menantu yang menemani. Terlebih lagi teman-teman mommy sudah mempunyai cucu yang bisa mereka pamerkan. Mom kapan, Nak?" Jane melembutkan pandangannya. Seraya memelas pada anak semata wayangnya.

Kening Danny mengkerut, memutarkan bola matanya malas. Pembahasan itu lagi. Batinnya.

"Cukup Mom, aku mau istirahat" Danny mulai menggangkat sedikit badannya.

"Tunggu nak!" Jane menahan lengan Danny. Danny menurut dan mendudukan kembali badannya.

"Dengarkan Mom, sampai kapan kamu akan bermain-main? Kamu sudah cukup mapan untuk berkeluarga. Apa mau Mom kenalkan pada anaknya temen Mom? Mereka pasti mau bertemu denganmu. Yang jelas Mom tahu bagaimana latar belakang mereka."

"Mom, aku tidak perlu dicarikan pendamping. Aku bisa mencari sendiri kalau aku ingin." Ucapnya.

Jane melongo, Chris melirik Jane istrinya. Karena dirumah ini semua orang tahu kalau Jane tipe orang yang tidak ingin dibantah. Tidak terkecuali oleh anaknya sendiri.

"APA!" Jane mulai meninggikan suaranya.

Chris hanya bisa pasrah mendengarkan. Memotong pembicaraan mereka hanya akan membuat masalah bertambah parah. Menghentikannya, apa lagi.

"KALAU KAU INGIN KATAMU?! Maksudmu kalau kau tidak ingin, kau tidak akan menikah, begitu? Perlu Mommy ingatkan kembali, Danny Louis, putra satu-satunya Chris Louis penerus keluarga Louis akan menikah dengan calon yang Mom pilihkan. Mau tidak mau, suka atau tidak suka. Kau. Harus. Menikah. Secepatnya!. " Jane meninggikan suaranya karena emosi.

Napas Jane memburu seakan meledak kembali. Tapi sebelum itu terjadi Danny meraih tangan ibunya dan mengusap pelan, menenangkan. Raut wajah Jane melembut dengan perlakuan Danny kepadanya. Dia pun mengambil napas dan menghembuskannya kembali.

"Mom," Panggil Danny dengan nada selembut mungkin. Dia tersenyum.

"Tidak untuk sekarang, okay? Aku harap Mom mengerti dan mengabulkan permintaaku yang ini." Danny memohon. Tatapannya penuh pengharapan agar Mommy-nya mengerti.

"Mom hanya akan menunggu selama tiga bulan." Jane menatap serius putranya.

"Lebih dari itu, kau akan menikah dengan wanita pilihan Mom. Kali ini tidak ada penolakan darimu ataupun Daddymu!." Tutup Jane. Dan dia pun melangkah pergi dari ruangan yang diikuti Chris untuk menenangkan istrinya itu.

Danny hanya bisa diam menatap kepergian ibunya. Dengan menghela napas kasar Danny menyandarkan badannya yang tegang. Untuk rileks sejenak dari situasi yang tidak menguntungkan dirinya ini.

"Eddie!" Danny memijit pelipisnya. Eddie masuk dan mendekati Danny yang sedang kalut. Dia pun duduk berhadapan dengan Danny.

"Suara Nyonya Besar merdu sekali. Harusnya Nyonya ikut ajang pencarian bakat di televisi." Ujar Eddie dengan nada bercanda. Mencairkan suasana.

"Jangan kurang ajar pada ibuku. Dia majikanmu juga." Danny masih menutup matanya, menjawab tanpa melihat lawan bicaranya.

Eddie melipat lengan dan melihat jam yang melingkar disana. "Kalau begitu aku pulang bos, ini sudah larut."

"Tunggu" Danny menahannya.

"Apa Mommy menanyakan berita yang sedang beredar akhir-akhir ini tentangku?" Danny mulai membuka matanya dan menegakkan badannya. Menatap intens Eddie—Yang ditatap salah tingkah.

"Iya, sepertinya berita yang mengatakan kalau kau penyuka sesama jenis sangat mengganggu pikirannya."

Danny menarik nafas kasar. Sudah kuduga. Batinnya.

"Bos." Panggil Eddie, di wajahnya terselip pertanyaan yang begitu besar. Danny hanya melirik Eddie sekilas, dia terlalu pusing untuk sekedar memperhatikan temannya itu.

"Ja-Jadi benar berita yang mengatakan kalau kau itu seorang--Gay?"

Setelah mengatakan itu, Danny menatap Eddie dan tersenyum miring penuh misteri. Membuat bulu kuduk Eddie merinding seketika.

TBC

Danny Louis

Danny Louis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


IG. essafirdaus

Exit | Louis #1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang