Ify's side..
**
Rapat selesai pukul sepuluh malam. Selama rapat dengan semua ormawa yang ada di fmipa ini, gue lebih banyak diemnya dibanding bersuara kayak perwakilan ormawa lain. Asli, gue udah ngantuk banget, capek apalagi. Gue pengen pulang. Untunglah, si ketua BEM menyadari gerak gerik gue yang ogah-ogahan selama rapat. Walhasil, rapat di putuskan selesai dengan hasil keputusan yang sudah di tetapkan.
"Kamu mau makan dulu, Fy?". Kami berjalan bersisian menuju parkiran. Gue melirik jam yang ada di ponsel, masih rame sih jam segini.
"Kamu laper?". Dia mengangguk.
"Lumayan, dirumah pasti gak bakalan sempat masak kan". Lagi, gue merasa tersindir dengan perkataannya.
"Ayolah kita makan bentar. Daripada kamu gak makan". Kata gue dengan nada jutek. Dia malah terkekeh melihat gue yang seketika merajuk tak tentu ini.
Eh iya, gue belum kenalin siapa suami gue ke kalian kan. Nama nya Oscario Fidelis. Panggilan nya Rio, dia satu angkatan dengan gue dan yaps dia si ketua BEM yang gue ceritakan sebelumnya. Rio jurusan Biologi sedangkan gue jurusan kimia. Kami bertemu saat satu kepanitiaan akhir tahun kedua perkuliahan
Tepatnya di semester empat."Kamu kenapa ngambek gini, Fy? Dari tadi pagi aku lihat". Katanya. Gue menghela nafas panjang. Entahlah, mungkin hormon masa menstruasi gue sedang bekerja, akibatnya gue sering marah gak jelas gini.
"Enggak ada. Lupain!". Rio tersenyum samar. Kami berhenti di alun-alun yang masih sangat ramai oleh manusia. Banyak pedangang kaki lima disini. Tentunya makanan mereka enak dan murah untuk ukuran mahasiswa.
Pesanan kami datang dan gue lekas menyantap makan malam tersebut, Rio masih mengamati gue. Jangan bilang gue lengah gitu aja, ya.
"ada yang salah dari aku?".
"Kamu cantik, Fy". Gue mencibir. Mencoba menghalau rasa gugup ini.
"Mana coba aku cantik". Elak gue.
"Kamu beneran cantik. Senyum lah sering-sering. Biar aura kamu makin bagus". Gue melotot tak senang dengan pemilihan katanya.
"Emang aku demit gitu?". Healah, dasar suami. Udah muji ujung nya malah ngejatohin gitu. Nyesek mamen!!!
Rio tertawa renyah dan menggeleng singkat "Becanda kok! Kamu gak boleh senyum sering-sering ke laki-laki lain ya! Hanya aku yang boleh kamu senyumin setiap saat". Gue mendelik, apa-apaan maksudnya.
"Nanti aku di bilang jutek sama orang. Gimana dong?".
"Senyum sewajarnya!". Balasnya santai. Gue hanya diam gak mau menanggapi lagi.
Setelah makan malam selesai, kami pun pulang ke rumah. Mengistirahatkan tubuh agar besok bisa beraktivitas kembali.
***
Sesampainya di rumah dan bersih-bersih. Gue teringat percakapan dengan Cece Via sebelum pulang tadi.
"Cobalah lo perhatian, Fy. Rio itu tulus, gue rasa. Dia emang gak banyak tingkah, tapi seorang suami juga butuh asupan dari istri. Meskipun kita perempuan, gak masalah kok kalau kita duluan yang nawarin. Meaning nya kita gak harus menunggu, kita juga bisa bertindak duluan--".
"Tapi--".
"Kalau lo menjunjung rasa gengsi setinggi langit, gak akan pernah jadi! Apa lo rela dia berpaling ke orang lain? Apa lo gak pernah mikir kalau dia juga butuh lo disamping dia? Gak cuma sekedar bentuk, tapi hati juga Fy".
"Lo pernah gak ngeliat dia antusias banget kalau ketemu anak-anak? Lo tau kenapa dia milih PLK di SMP dibanding SMA? Pernah lo tanya gitu?". Gue menggeleng lemah. Via menepuk pundak gue.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tabula Rasa
Literatura FemininaMenolak lupa akan rasa yang pernah singgah. percayalah, tidak semua persinggahan menjanjikan kenyamanan. tapi ini, aku menemukan rasa ternyaman untuk tetap tinggal disisi mu.