TR 15

701 36 11
                                    

Ify's side ya gaes..
.
.
.
.
**

Masih dalam suasana kemah bakti, gue di sibukkan dengan aktivitas di tenda konsumsi dan tenda kesehatan. Beberapa kali gue mondar mandir ke tenda kesehatan, alasannya ya gitu. Gue kelelahan dan gampang banget untuk tidur. Para dosen yang setia mendampingi mahasiswa pun sudah menyuruh gue untuk pulang, tapi gue ngotot gak mau. Yakali, nanti dirumah gue dengan siapa dong? Suami kan lagi ikutan dinas disini. Hm deh.

Hari kedua kemah bakti, semua mahasiswa fmipa dijadwalkan untuk melaksanakan pengabdian masyarakat ke tempat yang sudah di tetapkan. Seperti di sekolah, balairung desa, mesjid ataupun tempat lainnya.

Gue memilih melihat pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh jurusan kimia. Karena kami memang membuat suatu program pengabdian dari jurusan untuk kemah bakti ini. Acaranya di sekolah, dengan perlengkapan yang sudah di sediakan.

Gue ikut membantu menjelaskan cara pembuatan susu jagung dan susu kedelai kepada warga desa di sana. Serta menjelaskan pembuatan lulur VCO kepada mereka.

Yang ngebuat gue senang adalah, masyarakat disana antusias dengan produk yang kami berikan. Mereka ingin mempelajari lebih karena manfaat yang banyak sekali.

"Ify!". Gue menoleh kepada Shilla yang sedang mengkode keberadaan Rio disekitar kami. Gue cuma bisa tersenyum dan melanjutkan kegiatan

"Yaelah malah dicuekin tu suami". Kata Shilla heran. Gue terkekeh dan mengedikkan bahu dengan santai.

"Biarin aja. Kan profesional!". Kata gue acuh. Shilla melongo mendengar jawaban gue. Terdengar sok kali ya. Hehehe. Tapi ya emang gitu, sejak kemarin setelah kami bertemu dan dia mengantarkan gue ke tenda konsumsi. Kami gak bertemu lagi, karena gue tau dia pasti juga sibuk. Sebisa mungkin gue mengerti posisi Rio. Baik kan gue.

"Anak lo gak nendang-nendang gitu? Gak kangen papa nya?". Tanya Shilla.

"Alhamdulillah sih enggak. Mereka cukup pintar disini!". Gue mengelus dengan lembut perut yang berisi kecambah kesayangan ini.

"Bagus deh kalau gitu. Gak kebayang gue kalau nendang-nendang terus dan musti ketemu Rio buat jengukin". Praktis gue langsung mencubit lengan montok Shilla karena ucapan nya yang sedikit menjurus vulgar itu. Dia malah terkekeh santai. Dasar perawan.

"Mulut lo! Disini banyak anak-anak tau gak!". Dia mencibir tak bersalah.

"Ayo lanjut lagi!".

***

Sepulangnya dari pengabdian di sekolah, gue lekas menuju mobil untuk mengambil handuk karena badan gue lengket semua. Gue pengen mandi dan membersihkan diri, tapi gak tau dimana. Meskipun ada dibuatkan MCK sederhana, tapi gak mungkin lah gue ikutan mandi disana. Bisa-bisa Rio kalap dan bawa gue pulang kena amukan nya. Hihihi.

"Ify mau mandi, ya?". Tanya ibu Dita, dosen gue.

"Iya, Bu. Tapi gak tau mau mandi dimana". Cengir gue santai. Beliau tertawa pelan, ada Ibu dosen yang lain juga bersama nya.

"Mandi disini aja yuk! Mumpung gak rame". Kata beliau, gue menggeleng pelan dan tersenyum kecil.

"Enggak deh, Bu. Mungkin saya gak jadi mandi aja".

"Lah, kenapa gitu? Gapapa disini aja". Kata beliau masih mengajak gue.

"Takut bu! Nanti saya susah jongkok nya, kan agak licin, airnya juga deras banget Bu". Kata gue. Emang air batang sungainya itu deras dan banyak bebatuan kecil disana. Tetap aja gue takut. Apalagi sedang hamil gini.

"Terus kamu mau mandi dimana?". Gue menggeleng tak tau. Lalu datanglah Shilla yang sudah segar, dia baru saja dari tenda khusus senior.

Shilla menyapa ibu-ibu dosen sebelum para tetua itu mandi "Gak jadi mandi?".

Tabula RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang