TR 31

623 40 21
                                    

Rio's side ya gaes.
.
.
.
.
.
.

**

Sore sudah menyambang dan gue kembali ke rumah. Hari ini seperti biasa gue pulang membawa tiga bungkus tentengan makanan, kalau tidak pasti akan mengamuk yang dirumah.

"Assalamu'alaikum, papa pulang!".

"Papa!!". Suara para krucil menghilangkan rasa lelah gue. Mereka menyongsong gue penuh riang gembira.

"Sayang, jangan lari-lari. Nanti jatuh kayak tadi loh". Kata seorang wanita.

"Papa bawa jajan, Ma!". seloroh salah satu jagoan gue. Dia mengambil kantong kresek yang gue bawa.

"Mams!". Panggil gue.

"Sini tas nya! Mandi dulu ya, air hangat nya udah aku siapin". Kata nya.

"Makasih". Gue pun memberikan sebuah kecupan untuk nya yang dibalas senyum malu oleh nya.

"Mams!".

"Apa sih!".

"Kamu kenapa sih?".

"Gak ada. Mandi aja sih!". Gue terkekeh, suka sekali menggoda nya. Tanpa aba-aba gue pun menarik dirinya kedalam kurungan gue.

"Miss you sayang! Seminggu gak ketemu kamu bikin aku pengen meluk kamu". Kata gue. Dia mengelus rahang gue dengan lembut.

"Gombal banget sih pak gubernur ini!". Katanya yang membuat gue kesal.

"Ify, please deh! Lagi romantis gini juga". Gerutu gue. Dia terbahak lalu membalikkan tubuhnya menghadap gue.

"Tumben manja gini, udah punya dua anak juga". Kata nya.

Sudah tujuh tahun kami berumah tangga, tetap saja rasanya seperti pengantin baru. Semenjak Ify dinyatakan sadar setelah melahirkan si kembar beberapa tahun silam, gue gak pernah sekalipun meninggalkan nya, kecuali untuk kerja.

Gue bersyukur karena gue masih diizinkan untuk tetap menjadi imam nya. Ah, alhamdulillah.

"Mandi dulu ya, aku mau lihat abang sama adek". Putus nya.

Tanpa menunggu perintah ketiga kali nya, gue bergegas mandi dan menyusul mereka di bawah.

"Jagoan Papa lagi apa ini?". Mereka menoleh dan tersenyum ceria menatap gue.

"Jajan nya enak, Pa! Makasih Papa". Kata Narendra. Anak pertama gue yang lahir lima menit lebih dahulu.

"Iya makasih Papa!". Sahut Nandana.

Gue tersenyum dan merengkuh mereka. Begitu rindu dengan si kembar.

"Papa besok pergi lagi?". Tanya Naren.

"Enggak, Nak. Kan besok hari minggu". Jawab gue.

Memang gue seminggu ini pergi ke Banjarmasin untuk urusan penelitian. Penelitian bersama beberapa mahasiswa gue. Yap, gue sekarang berprofesi sebagai dosen.

"Mama mana?".  Mereka melirik dapur sebagai jawaban.

Gue pun masuk ke dapur melihat apa yang di kerjakan nya.

"Masak apa?". Ify mendelik terkejut.

"Aku buat sup jagung. Inget resep dari Bunda". Jawab nya.

"Udah mateng nih. Aku ambilkan ya!". Gue menurut saja dengan segala perhatian yang dia berikan. Gue merasa ini lebih dari cukup, punya keluarga, istri yang perhatian dan menghujani gue dengan kasih sayang. Anak-anak yang menggemaskan serta pekerjaan yang mapan.

Tabula RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang