Ify's side ya gaes..
.
.
.
.
.
.***
Setelah berbaikan dengan Rio, kami sepakat untuk saling percaya dan menguatkan. Halah, bucin mah emang gitu. Jangan pada ngiri ya kalian, kan gue udah nikah jadi kalau bucin gapapa. Hehehe.
Soal ujian kompre, besok gue mau ujian cuy! Demi apa yang gue urus kemarin itu di pending lantaran Pak Megan dan Pak Gavin pergi ke luar negeri ada penelitian bersama mahasiswa masing-masing. Walhasil baru bisa di laksanakan besok. Karena kedua dosen itu baru pulang kemarin.
Segala kebutuhan udah gue persiapkan. Untuk snack gue percayakan kepada Shilla. Seperti biasa, ketiga sohib gue itu akan turun tangan langsung membantu. Duh, jadi sayang kan sama mereka.
"Mamss!". Panggil Rio dari dapur. Gue suka heran deh sama dia. Kadang-kadang doang manggil gue dengan sebutan 'Mams', niat ga sih tu orang?
"Apa?". Sahut gue saat membuka pintu kamar.
"Faris nyampai kan salam ke kamu! Besok dia balik ke Makassar". Gue tertegun sejenak. Perihal masalah yang melibat kan kami sudah usai.
Faris juga sudah di wisuda pertengahan bulan kemarin. Sayang gue gak bisa hadir di acara wisuda nya, gue juga gak datang di acara wisuda temen-temen yang ngundang gue. Lantaran acara nya bentrok dengan waktu sekolah.
Ketika keesokan harinya setelah wisuda dia datang kerumah, dia meminta maaf kepada kami berdua karena terlalu mengusik masa lalu itu. Rio mulai melunak dan memaafkan pemuda itu. Lega rasanya melihat mereka bisa berbaikan.
"Ohhh, ya udah salam balik. Pesawat jam berapa?". Tanya gue.
"Pagi jam 8. Sayang gak bisa ngantar ya kan". Lirik Rio yang diam-diam gue simpulkan bahwa dia menyindir Gue. Hah bacot emang!
"Kan aku ujian, gimana sih!". Semprot gue. Rio terbahak melihat raut kesal gue. Dia memberikan segelas susu seperti setiap malam yang ia lakukan.
"Iya iya paham! Jangan Galak-galak dong! Nanti anak kita cerewet kayak kamu". Kata nya
Gue mendelik tak suka "Yang bikin aku cerewet tiap hari siapa, sayang?". Tanya gue skeptis.
"Hmm siapa ya? Enggak tau tuh!". Jawab Rio. Gue melayangkan kepalan tinju ke bisep kokohnya, tapi tak berasa apa-apa.
"Acara tujuh bulanan aku mau dirumah aja, boleh gak?". Pinta gue.
"Sekolah kamu gimana?". Tanya Rio. Gue menghela nafas panjang. Iya juga sih. Tapi kayaknya gue bisa ambil di akhir bulan ini. Soalnya kan ada libur empat hari karena anak kelas 12 ujian nasional.
"Libur ujian nasional kan bisa. Lumayan, akhir bulan ini". Rio mengangguk paham.
"Atur aja deh. Aku ngikut, nanti aku bilang Papa".
"Kita ke makam Mama Greeta ya kalau udah di rumah".
"Iya sayang".
***
Keesokan hari nya, gue datang pukul 7 pagi karena jadwal sidang gue dimulai pukul 8. Bersama Rio, dia terus mendampingi gue kesana kemari. Duh, nikmatnya menikah begini nih. Kemana-mana ada yang nemenin, ada gandengan. Ayo, buruan kalian nikah biar bisa Ngapa-ngapain aja Halal. Ehe.
"Mau buat teh gak?". Tawar Rio. Gue menggeleng pelan. Tepat saat itu Agni dan Shilla datang bersama. Mereka menenteng kotak nasi dan snack untuk dosen.
"Bahan lo mana Fy? Udah semua?".
"Udah. Aman. Thanks ya Ag, Shill".
"Ahelah, santai dong! Do'ain aja kita lekas nyusul lo ujian". Doa yang sama yang mereka minta ketika gue seminar waktu itu. Dan benar saja, seminggu berselang, ketiga nya juga seminar menyusul gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tabula Rasa
ChickLitMenolak lupa akan rasa yang pernah singgah. percayalah, tidak semua persinggahan menjanjikan kenyamanan. tapi ini, aku menemukan rasa ternyaman untuk tetap tinggal disisi mu.