TR 5

1K 51 15
                                    

Setelah menuntaskan kegiatan subuh berjamaah dengan Rio. Gue pun mempersiapkan perlengkapan Rio untuk sekolah. Namanya juga anak PLK gak boleh telat, nanti dicap yang buruk oleh sekolah yang bersangkutan.

Hari ini gue ada jadwal bimbingan dengan dospem. Yang kebetulan atau apa, istrinya dospem gue itu, dospem nya Rio. Ngerti kan? Dosen gue punya istri, nah istri beliau ini dosen di jurusan Rio yang juga dosen pembimbing akademik Rio. Astaga, gue ngerasa ini lucu banget tau gak. Hahahaha.

Ketika Rio sudah pergi, gue rebahan di kasur. Demi apa capek banget rasanya kalau mau ke kampus. Paha gue masih sakit, badan gue remuk. Tapi mengingat percintaan tadi malam dan berlanjut subuh tadi, pipi gue memanas seketika. Gue benar-benar memberikan kehormatan gue untuk Rio, Suami gue. Bahagia rasanya. Gak sabar untuk menantikan kehadiran malaikat kecil di dalam keluarga kami.

***

Sesampainya di kampus, gue berlanjut ke ruang dosen. Disana sudah ada Pak Dewa, atau gue sering memanggil beliau dengan sebutan Om Dewa ketika tidak ada mahasiswa yang lain. Om Dewa melihat gue dan tersenyum mengkode gue untuk memasuki ruangannya. Om Dewa ini teman ayah.

"Hallo Ify, bagaiamana kabar nya?". Tanya beliau.

"Alhamdulillah Ify baik, om". Beliau tersenyum mengangguk santai.

"Jadi, bagaimana kabar proposal?". Gue tersenyum malu lalu menyerahkan proposal yang sudah dua hari yang lalu menganggur di rumah.

"Ini Om, dua hari yang lalu Ify mau ngasih ke Om. Tapi dapat kabar katanya Om Dewa ke luar negeri, baru pulang kemarin sore. Jadi baru sempat sekarang". Jelas gue. Om Dewa mengangguk lagi.

"Ah iya! Om lupa kabari di grup bimbingan. Perginya mendadak. Maaf ya!". Gue tersenyum maklum. Om Dewa ini tipe dosen pembimbing yang super duper sibuk. Harus pandai-pandai mengatur jadwal untuk bertemu dan bimbingan dengan beliau.

Lalu kegiatan bimbingan pun berlanjut hingga siang hari menjelang makan siang.

**

Setelah bimbingan, gue memilih ke sekre hmj menenangkan diri. Sebagai seorang bendahara hmj, gue selalu bertugas mengingat kan para pengurus untuk membayar kewajiban mereka.
Padahal gue sendiri sering bolong-bolong bayar kewajiban. Hehehe.

"Buk bend!". Gue menoleh dan mendapati Khaznah atau biasa di panggil Anah oleh teman-teman nya.

"Kenapa?".

"Utang gue berapa bulan ini?". Tanya dia masih ngos-ngosan. Kasian juga tu anak, kayaknya habis lari-larian ke sini.

"Santai dulu! Lo napas yang bener biar idup lo lurus. Bentar gue hitung utang lo ya!". Dia duduk di sebelah gue sembari men selonjoran kaki. Sedangkan gue mulai melihat total uang kas yang belum di lunasi Anah.

"Baru lima puluh ribu sampai bulan depan kok". Dia melotot tak senang karena ucapan gue terlalu santai untuknya.

"Sedeng ya lo! Baru lo bilang, itu lima puluh ribu bisa buat makan gue selama dua minggu tau gak!". Gue terkekeh dan menepuk pundaknya.

"Salah sendiri gak bayar-bayar! Udah gue ingetin selalu kok setiap hari di grup". Kata gue gak mau kalah. Dengan berat hati, Anah mengeluarkan selembar tegak bewarna biru kepada gue.

"Uhh sayang nya anak ku! Makasih loh ya". Dia mencibir tak suka. setelah membayar uang kas, dia pamit pergi karena akan ada kelas setelah dzuhur nanti.

Di sekre gue sendiri, belum ada tanda-tanda penghuni lain ke sini. Gue membuka revisian yang tadi di coret oleh Om Dewa. Banyak sekali tapi gue harus siapkan malam ini, karena jadwal gue seminar sudah di targetkan oleh beliau. Hiks.

Tabula RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang