TR 29

528 43 9
                                    

Ify's side ya gaes..

.

.

.

Keesokan harinya acara tujuh bulanan kami dimulai, segala macam jenis makanan disuguhkan disini. mulai dari makanan khas melayu sampai makanan khas jawa. Gue enjoy dengan hari ini, sudah lama tidak merasakan suasana rumah yang sesungguhnya.

Sudah sejak tadi pagi gue prepare bareng bunda. semua kegiatan memasak dibantu juga oleh tetangga dekat rumah. sementara Rio membaurkan diri bersama ayah juga tamu-tamu lainnya. Rio udah mewanti-wanti gue untuk tidak terlalu capek. tapi gue ngeyel duluan. padahal sejak tadi gue udah merasakan hal yang berbeda diperut ini.

subuh tadi, baju gue basah kena rembesan air. Yang kata bunda itu air ketuban gue. Bunda selalu mendoktrin gue untuk terus berpositif thinking. Kata bunda itu mungkin ketuban dini, tidak terlalu mengkhawatirkan. meskipun gue tau, wajah bunda juga menyiratkan kegundahan. entahlah, gue gak tau.

"Fy". Panggil Rio ketika membuka pintu kamar.

"Apa?".

"Gimana? masih sakit?". tanya nya khawatir. gue melemparkan senyum pertanda semua baik-baik saja walaupun rasanya beda.

"Dikit sih!--".

"Mau kerumah sakit aja?". gue menggeleng tidak. kemudian Rio menarik gue dan mengelus punggung gue dengan lembut.

"Jujur aja! jangan ditahan sendiri sakitnya! bagi dengan ku, Fy". Kata Rio. Gue gak bisa untuk gak terharu mendengar perkataan nya. Pengen nangis beneran.

"Kamu kedepan aja, bentar lagi tamu nya makin rame". Suruh gue. dia menghela nafas panjang.

"Aku khawatir sama kamu, aku gak mau ninggalin sendirian".

"ya enggaklah! aku kan dirumah gini, ada bunda ada ayah, ada kamu juga".

"Ya tapi--".

"Please, keluar ya! bentar lagi aku nyusul kok. Gak enak kalau kamu enggak ada di depan, Yo". Akhirnya Rio menuruti permintaan gue, si calon bapak itu meninggalkan gue dikamar.

Perlahan gue mengambil selendang untuk menutup kepala, dan mencoba berjalan ke kamar mandi.

"Ify, udah siap Nak?". Tanya bunda ketika gue udah didepan pintu kamar mandi.

"Bunda, Ify mau ke kamar mandi dulu".

"Ayo bunda bantu!". Gue mengikuti saja kemauan bunda.

"Bund, basah lagi ini". kata gue pelan. Lagi lagi sebuah cairan keluar dari balik baju gue. Bunda membantu gue berganti pakaian. semoga nanti gak keluar lagi.

"Punggung aku kok nyeri gitu ya, Bun? yang bagian bawah ini loh". kata gue. Praktis bunda mengelus punggung gue sampai ke panggul.

"Hamil tua, emang gitu Fy". sahut bunda. Gue hanya mengangguk paham. iya sih, gue juga pernah baca sepintas. Kalau hamil tua itu punggung udah mulai sakit sampai ke panggul.

kami pun keluar dari kamar untuk mengikuti pengajian tujuh bulanan gue. Rasa nya khidmat sekali mendengar lantunan doa-doa itu untuk keselamatan kedua anak gue. Terharu gitu. ehe.

Sepupu gue juga datang, kebanyakan mereka tinggalnya tidak jauh disini jadi masih bisa untuk berkumpul ketika ada acara. Selama acara pun, mereka selalu disamping gue, menguatkan gue atau apapun itu.

"Aman kan Fy?". Tanya Fatia, atau gue manggil dia Tia. salah satu sepupu gue yang belum menikah tentunya.

"Aman kok, Tia. udah jangan berisik". bisik gue pelan.

Tabula RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang