TR 10

887 44 8
                                    

Ify's side ya gaes..
.
.
.
.

**

"Aku boleh ikut pergi KBM, gak?". Tanya gue hati-hati, mencoba menyelami air muka Rio yang mendadak kaku.

"Maksud kamu?". Intonasi Rio mulai berubah. Gue meneguk saliva berulang kali agar rasa gugup ini terbias kan.

"Aku ikut pergi KBM, kan hmj wajib ikut". Lanjut gue. Gue mengelus pelan lengan berotot nya yang menjadi bantal tidur gue selama 7 bulan ini.

"Kalau misalkan aku gak pergi, apa kata yang lain Yo? Masa DPH gak pergi, masa mangkir dari kewajibannya".

"Harus ya dengerin apa kata orang sementara kesehatan dan keselamatan kamu menjadi taruhannya?". Tanya Rio, ia mengalihkan pandangannya dari gue dan melepas sentuhan gue.

"Bukan gitu--".

"Ya terus apa?". Desak nya. Gue menghela nafas sejenak sebelum menjelaskan lebih detail. Gak detail amat sih sebenernya.

"Aku pengurus HMJ, aku pengurus inti malahan. Kenapa gak pergi? Hanya karena aku lagi hamil, terus aku mangkir gitu aja? Aku juga konsultasi ke dokter kok sebelum pergi. Kalau emang janin aku kuat dan dokter mengizinkan, kenapa enggak?".

"Jadi kamu lebih nurut dokter ketimbang aku, suami kamu?". Balasnya tak suka. Gue menggeleng pelan. Kembali menyentuh lengan berotot nya.

"Bukan sayang,, setidaknya aku juga tau dari segi medis bagaiamana yang harus kita lakukan nanti. Lagi pula, bisa jadi ini proker terakhir aku di kepengurusan, awal tahun depan kita udah lengser. HMJ ku tepatnya. Kamu tau kan, sekarang udah mulai cari-cari penerus ketua HMJ kimia?". Rio masih diam. Sulit meruntuhkan sifat kerasnya.

"Iya, aku emang suka berekspektasi tinggi terhadap omongan orang. Apalagi hal yang jelek tentang aku. Makanya aku gak mau itu terjadi, Yo. Aku mau pergi KBM, please izinkan aku ikut ya! Palingan aku ada di tenda konsumsi atau tenda kesehatan". Kata gue mencoba mengambil hatinya.

"Kamu percaya aku kuat kan? Kamu percaya anak kita juga pasti kuat didalam sini". Gue mengambil tangan Rio dan menaruhnya di perut gue. Dengan sentuhan senyum manis gue meyakinkan Rio agar gue bisa pergi.

" Trust me, beb!". Kata gue. Akhirnya Rio mengangguk dan gue langsung memeluk nya dengan erat.

Ah, suami ku baik deh.

"Makasih sayang! Kamu emang terbaik--".

"Asalkan kamu gak boleh capek. Kamu gak boleh ikut kegiatan yang memberatkan apalagi membahayakan kandungan kamu! Aku gak mau kalian berdua kenapa-kenapa".

"Pasti! Aku bakalan inget apa yang kamu bilang".

Okey, lampu hijau dari suami udah gue dapatkan, sekarang tinggal izin dari dokter kandungan gue saja. Hmm, semoga dibolehin deh.

***

Selama menunggu waktu dua minggu menuju KBM, gue disibukkan dengan persiapan proposal. Tak tanggung-tanggung Om Dewa me jadwalkan anak bimbingannya seminar proposal dua hari ke depan. Wididaw. Untunglah proposal gue sudah di acc akhir bulan kemarin. Dan sembari menunggu jadwal seminar, gue menyiapkan bahan-bahan yang akan gue bawa saat diruang sidang. Untunglah, para sahabat gue Senantiasa membantu gue.

"Fy, dosen pembahas lo siapa?". Gue masih merahasiakan siapa tim dosen pembahas seminar proposal gue kepada mereka. Biar kejutan aja. Tapi sayang, para manusia kepo ini gak bisa menahan hasrat nya.

"Pak Megan dan Pak Gavin". Jawab gue. Agni terkejut tak percaya, begitu pula dengan Shilla dan Via.

"Serius lo? Dosen kece yang belum nikah itu jadi pembahas seminar lo?". Gue mengangguk santai. Memang sih kegantengan dua dosen itu santer dibicarakan di Universitas. Secara mereka, katanya itu mereka adalah alumni jurusan gue juga. Tapi udah angkatan keberapa, gue gak inget. Dan mereka masih single.

Tabula RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang