Ify's side ya gaes..
.
.
.
.
.
.
.
***Gue merutuk didalam hati entah kenapa Rio membawa Katrina disaat jam makan siang kami. Dia seolah tak menghargai ekspresi gue kemarin. Dasar tidak peka.
"Ngapain?". Tanya gue tanpa basa basi. Rio meminta gue untuk menggeser diri ini karena dia mau duduk. Terpaksa gue geser dikit. Dikit doang loh ya.
"Aku pengen ngobrol sama kamu nanti pas selesai makan siang, boleh gak Fy?". Gue menghembuskan nafas sejenak. Sebenarnya cara Katrina itu sudah sopan, tapi ya gue udah keburu cemburu duluan maka nya eneg gitu. Gak ada yang salah, tapi....
"Boleh. Tapi ga lama kan?". Dia menggeleng singkat. Ada raut bahagia dia wajahnya.
Lalu Katrina berpamitan dengan kami semua.
"Lo ga ikut Yo?". Tanya Shilla tiba-tiba. Rio menggeleng santai lalu meminum empty ice gue.
"Ngapain ikut? Kan yang punya urusan dia, bukan gue". Jawab Rio seadanya.
"Lo tadi gak liat sih gimana wajah jutek bini lo liat kalian datang nya bareng. Cembokur banget!". Kata Agni menggebu-gebu. Rio malah tertawa dan gue mendelik sebal. Heran dengan manusia satu itu. Suka ngumbar aib gue.
"Wajar aja, Yo. Ibu hamil hormon nya gak bisa ditebak. Ada aja tingkah nya". Sambung Via. Bener-bener ya, kenapa pada kompak nyudutin gue sih.
Lagi, Rio tertawa santai seolah membenarkan ucapan Via yang notabene nya sudah kembali dari sana "Lo bener, Vi. Jadi gue harus ekstra sabar dong ya!".
Via mengangguk setuju "waktu gue hamil Joan juga gitu. Alvin malah kewalahan banget". Kami tertawa mengingat masa-masa kehamilan Via dulu. Waktu itu gue, Agni dan Shilla juga kena imbasnya hormon kehamilan Via. Walhasil, kami mengadu kepada Alvin. Untunglah Alvin bisa meredakan emosi nya.
"Eh iya, Joan belum kenalan sama suaminya Bunda". Kata Via. Joan yang sedari tadi asik dengan dunianya sendiri menatap Rio yang duduk disebelah gue.
Rio si pecinta anak kecil langsung berbinar menatap bocah tampan duplikat Alvin itu.
"Ini namanya Joan, Rio". Kata Via. Joan bersalaman dengan Rio dan langsung dihadiahi ciuman kecil di pelipis nya. Joan pun tergelak.
"Joan manggilnya Papa, aja ya!". Tambah Rio. Joan mengangguk patuh.
"Papa Rio".
"Papa Yo". Kami terkekeh pelan melihat tingkah Joan. Hal kecil namun sederhana dan membuat makna keluarga. Itulah yang gue rasakan.
***
Setelah makan siang, gue duduk di depan gedung perkuliahan. Rio kembali ke Perpustakaan jurusan untuk mencari daftar tambahan referensi seminarnya.
Tiba-tiba Katrina datang dengan bawaanya. Ada makanan dan minuman juga. Banyak banget kalau gue lihat.
"Hai Ify!". Sapa nya hangat. Gue mengangguk sekilas.
"Langsung aja. Kamu mau ngomong apa?". Dia tertawa singkat. Tipe orang sok akrab apa gimana sih dia ini?
"Kamu gak ada basa basi nya sedikit pun ya? To the point gitu". Gue mengedikkan bahu tak acuh. Gue memang tipe seperti itu.
Katrina menghela nafas sebelum dia berbicara dengan gue. Tampaknya serius.
"Aku mau minta tolong sama kamu, boleh gak aku minta angket observasi latar belakang yang kamu buat?". Tanya nya.
"Kenapa harus aku? Kenapa gak temen sejurusan kamu yang skripsi nya sama dengan kamu juga?".
Katrina tak menjawab langsung, dia malah mengulas senyum kecil "Entahlah. Aku juga gak tau. Yang jelas, aku berteman deket dengan Rio di jurusan. Aku minta tolong sama dia seperti biasa".

KAMU SEDANG MEMBACA
Tabula Rasa
ChickLitMenolak lupa akan rasa yang pernah singgah. percayalah, tidak semua persinggahan menjanjikan kenyamanan. tapi ini, aku menemukan rasa ternyaman untuk tetap tinggal disisi mu.