TR 3

1.1K 54 7
                                    

Datang dengan baju kebesaran HMJ Kimia, gue berjalan beriringan bersama Rio ke auditorium universitas. Disini sangat ramai. Untunglah saat kami datang acara sudah akan dimulai. Ternyata tempat duduk tamu ormawa di kotak kan berdasarkan fakultas. Beruntung kami satu fakultas dan bisa duduk berdekatan. Kalau enggak, gue bisa badmood duluan karena gak ada teman ngobrol.

"Wess Pak Gubernur BEM datang bareng istri nih!". Sebuah sapaan seseorang menginterupsi keadaan. Gue dan Rio menoleh dan mendapati teman satu mata kuliah umum gue dulu saat tahun satu datang, Teo namanya. Dia juga merupakan Ketua himpunan mahasiswa jurusan bahasa Jepang.

"Ah Teo! Apa kabar lo?". Tanya Rio. Mereka berpelukan hangat ala lekaki, sedangkan gue menanggapi sapaan Teo dengan senyum kecil.

"Baik tentunya! Lo sendiri gimana? Kalian tepatnya". Teo melirik ke arah gue.

" Seperti yang lo lihat. Kita berdua baik juga". Sambut Rio. Teo tersenyum kecil dan mengangguk santai. Kami terlibat percakapan layaknya sahabat kental yang sudah lama tidak bertemu.

Teo adalah satu orang yang tau pernikahan kami karena dia, menurut gue bisa menjaga rahasia. Dia teman gue dan juga teman Rio. Dari Teo, gue tau kalau mereka berdua dekat karena pernah magang di bem universitas dan terlibat kerja sama juga. Hingga berlanjut sampai sekarang.

Acara berlangsung meriah, gue dan Rio berpamitan kepada Teo karena harus pulang. Tiba di depan perkiraan, gue dihubungi oleh Agni.

"Hallo, Ag kenapa?".

"Fy, lo dimana?". Tanya Agni.

"Ini baru keluar acara di audit. Kenapa lo?".

"Kunci hima pinjem dong! Gue mau ambil barang nih". Katanya. Gue mendengus heran, kirain apa taunya gak penting. Dasar Agni.

"Iya gue kesana. Tunggu di depan hima aja!". Suruh gue. setelah mengatakan iya, gue pun meminta Rio untuk ke hima sebentar.

"Ngapain ke hima, Fy?".

"Agni mau ambil barang, kunci sama aku". Dia mengangguk paham. Sesampainya di hima yang memang jaraknya gak jauh dari audit, gue melihat Agni yang duduk di depan teras sambil berpangku tangan. Sumpah ngakak, berasa anak ilang tu manusia satu.

"Hoi Agni!". Panggil gue. Dia tersentak dan tersenyum senang.

"Ayo cepet buka! Gue mau masuk kelas nih". Tanpa menunggu lama, gue membuka pintu hima dan membiarkan Agni mengambil kepentingan nya. Setelah ituu, gue kembali ke mobil dimana Rio masih menunggu.

"Masih jam setengah sepuluh, kamu gak mau ke sekolah?". Pancing gue. Berharap Rio beneran lupa dengan janji tadi pagi.

"Kebetulan, guru pamong aku nyuruh ke sekolah. Ada yang mau di urus sebentar, kamu ikut ya Fy!". Gue mendelik, ikut katanya?

"Eh serius nih?". Rio mengangguk.

"Iya! Cuma sebentar, mau kan?". Gapapa lah, lumayan demi mengulur waktu. Hm, dasar aku.

"Boleh deh. Tapi gak lama kan?". Rio hanya menanggapi dengan senyuman kecil.

***

Sesampainya di sekolah tempat Rio PLK, Gue memilih untuk stay di mobil saja. Tapi Rio tetap memaksa untuk turun. Walhasil gue mengalah, dan mengikutinya ke keluar.

Sekolah tempat Rio PLK menurut gue bagus dan asri, kalau nyaman mungkin gue bisa PLK disini kali ya di semester besok. Hm.

"Oscario". Seorang wanita paruh baya memanggilnya namanya. Praktis Rio tersenyum sopan dan mencium tangan beliau. Gue pastikan wanita itu adalah guru pamong Rio.

Tabula RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang