TR 25

574 36 19
                                    

Ify's side ya gaes...
.
.
.
.
.
.
.

***

Gue udah selesai presentasi dimulai dari bab 3 saja, karena Om Dewa yang meminta. Tak sampai setengah jam presentasi gue pun selesai.
Selanjutnya saran dan unyek-unyek dari dosen penguji. Ah, gila! Gue tegang abis. Perut gue tiba-tiba mules gini. Gue kalau gugup emang suka tegang, gaes. Jadi takut kan, hiks.

"Santai saja, Ify! Kamu kenapa gugup sekali?". Tanya Pak Megan, gue hanya bisa tersenyum tipis tak bisa selebar biasanya.

Gue mengelus perut buncit ini, mencoba menenangkan mereka didalam sana.

"Gimana rasa nya setelah ujian ini?". Tanya beliau.

"Ehm,, ya tegang gitu Pak. Apalagi saya bawa beban sekarang". Jawab gue kalem. Pak Megan tersenyum kecil

"Kesulitan saat penelitian apa saja?".

"Kurang waktu sih, Pak. Saya kan minta waktu di kelas 10, karena disekolah tempat saya penelitian sekaligus PL itu banyak acara jadi guru nya main cepat aja untuk ngejelasin materi. Jadi waktu yang diberikan saat penelitian dikelas beliau pun rasanya kurang. Ditambah lagi siswanya juga sudah mulai bosan, jam terakhir soalnya pak". Jelas gue. Pak Megan mengangguk paham.

"Dari hasil pengolahan data kamu, berarti sudah praktis media yang kamu buat?". Gue mengangguk pasti.

"Sudah pak, kan sudah sesuai dengan rentang nilai momen kappa yang saya ambil".

"Kapan dikatakan dia valid dan praktis?".

"Ketika sudah sesuai dengan kriteria validitas dan kepraktisan nya. Yang mana disini saya menggunakan kategori momen kappa".

Lagi, Pak Megan mengangguk saja lalu dia beralih kepada Pak Gavin.

"Saya sudah selesai, Pak Dewa". Kata Pak Megan.

"Baik, terimakasih Pak Megan atas pertanyaannya. Selanjutnya dipersilahkan kepada Pak Gavin".

Pak Gavin berdehem sejenak lalu menatap lurus-lurus kearah gue. Dengan susah payah gue mencoba untuk santai.

"Sudah jadi USG, Fy?". Lahh,,,?

"Ehh,, udah Pak". Jawab gue gugup

"Jenis kelamin nya apa?".

"Laki-laki kedua nya Pak". Kemudian Pak Gavin tersenyum manis. Duh, jantung gue jangan copot liat senyum menawan doi dong! Gue semakin mengelus perut biar supaya kegantengan Pak Gavin menular ke anak-anak gue.

"Kamu enjoy dengan kehamilan kamu, Fy?".

"Iya".

"Kenapa milih nikah saat kamu sedang sibuk-sibuk nya?". What the?? Ngapain si bapak cogan nanyain hal ini? Tunggu, kayak nya dia mau nikah deh makanya minta pendapat gue.

Pak Gavin masih setia menunggu gue untuk menjawab. "Keinginan orang tua kami berdua, Pak--".

"Kenapa harus kamu penuhi? Kamu gak berpikir kalau dia terpaksa dan kamu juga begitu?".

Gue menggelen pelan "Saya selalu percaya pilihan orang tua gak akan mengecewakan saya, Pak. Jika itu berbanding terbalik dari apa yang saya ucapkan sekarang,  mungkin cara pandang saja yang salah". Jawab gue tenang.

"Lalu kamu Terima gitu aja tanpa ada rasa diantara kalian? Menikah tanpa cinta?". Heran deh, kok Pak Gavin jadi nyinyir sih? Ah gak mau lah kalau nanti anak-anak gue mirip dia. Julid.

"Pak, sebelum saya tau kalau dia yang akan dijodohkan dengan saya pun, saya udah kenal dia sejak saya maba di sini. Kami terlibat satu kepanitiaan, pernah deket juga meskipun hanya sebatas organisasi. Setidaknya rasa yang meletup-letup itu ada meskipun sedikit". Kata gue lagi. Praktis, Om Dewa tertawa mendengar nada kesal gue.

Tabula RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang