"Yang menyenangkan adalah kembali menemukan setelah lama kehilangan, kembali bangkit setelah lama jatuh, dan kembali mencintai setelah lama patah hati."
.
.
Dua tahun kemudian...Aku membuka laptop setelah sekian lamanya tidak menyentuh file di sana. Ini sudah tahun ke dua setelah aku memutuskan lebih baik tidak melanjutkan cerita. Tapi pikiranku berkata lain, ada perintah agar aku segera menyelesaikan semuanya.
"Jangan dipaksa kalau masih enggan."
Aku menoleh, itu suara Abka si Paduka yang sudah resmi menjadi bagian dalam hidupku sepenuhnya.
Eh, apa?
Iya, satu tahun lalu Paduka melamarku. Awalnya aku ragu, aku masih trauma dengan kisahku yang berakhir karena ditinggal sendiri. Tapi Paduka berhasil meyakinkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.
"Kamu gak masalah kan kalau aku lanjutin cerita ini?" Tanyaku pada Abka.
"Ya, gapapa dong. Asal kamu sudah kuat hati, jangan sampai air matamu jatuh lagi." Dia mengusap bahuku dan menucium kepalaku sekilas.
Aku tersipu, setulus itu Paduka mencintaiku.
"Yaudah aku mau lanjutin ceritanya, biar bagaimanapun semua ini harus selesai."
Dia mengangguk, mengelus kepalaku lalu beranjak keluar kamar kami.
Dengan perasaan yang campur aduk akhirnya aku beranikan membuka kembali berkas lama ini, tidak dengan derai namun dengan hati yang lapang.
Ini sudah bagian akhir, aku hanya perlu menulis ending.
[Bagian Akhir]
Aku pernah begitu tulus mencintai seseorang, merindukannya setiap hari bahkan setiap jamnya. Aku pernah berjuang begitu keras, jatuh, patah bahkan rasanya air mata selalu saja turun deras. Hanya demi melihat dia bahagia aku bahkan bisa jadi sering melukai sendiri.
Aku juga pernah menjadi diri yang tak pernah aku sukai hanya untuk agar dicintai, aku pernah melakukan hal bodoh, aku pernah merasa serendah itu hanya agar seseorang menjadi tinggi dan besar di mata orang lain.
Aku pernah kehilangan setelah begitu tulis mencintai seseorang. Aku patah, aku hancur bahkan rasanya aku masih tidak terima dia pergi. Yang menyedihkannya kami tidak lagi satu dunia.
Pernah, aku pernah merasakan semuanya. Berada di titik terendah sekalipun aku pernah.
Namun akhirnya Semesta kembali menunjukkan jalan. Aku kembali dipertemukan dengan seseorang. Dia menguatkanku ketika aku jatuh, mencoba menghibur ketika aku bersedih, berusaha menujukkan sisi nyaman yang lain.
Aku banyak belajar meski awalnya aku enggan melihatnya. Tapi lagi-lagi semua memang sudah rencana Tuhan. Hatiku berhasil ditaklukkan. Aku kembali menaruh harap, menaruh nyaman dan cinta tentu saja.
"Kamu berhak kembali bahagia," ucap Paduka satu tahun lalu.
"Kamu berhak mendapatkan kasih, merasakan sayang dan tentu berhak kembali bangkit," lanjutnya.
Aku memang sudah mengikhlaskan kala itu, namun rasanya untuk kembali membuka hati aku masih perlu cukup nyali.
"Ayo, kubantu kamu berdiri...."
"Rasanya aku masih takut," ucapku cemas.
"Tidak ada yang perlu ditakuti."
"Gimana jika semisal aku yang melukaimu karena masih belum sepenuhnya melupa?"
Dengan senyum yang menenangkan dia menjawab,
"Kamu tidak pernah membuatku sesak, meskipun itu terjadi semua bukan atas maumu."
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Buka lembaran baru, mari hidup bahagia denganku."
Deg.
Pipiku memanas, tidak percaya kembali menemukan seseorang setulus Paduka. Bagaimanapun dia benar juga, aku tidak boleh berlama-lama terpuruk dan terjebak pada situasi yang membuatku semakin hancur.
"Jadi?"
Semoga memang dia orang yang tepat...
"Ya.... Aku mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajutan Kalimat Rindu
ChickLitPada setiap kata yang kurangkai dalam catatan penuh kerinduan ini, entah mengapa ada banyak sekali "kamu" di dalamnya. Bagaimana aku dapat menulis sebanyak itu pun aku tak paham. Bagaimana rindu dapat hadir dalam setiap bayang-bayangmu yang semu pun...