3. Rindu dalam Rinai

616 13 0
                                    

Bahkan gemericik air jatuh sangat jelas terdengar oleh indera pendengaranku. Sehening itu kah pertemuan kita? Apa tak ada percakapan panjang untuk kita bicarakan?

Oh, ayolah. Aku ingin bertemu sebab aku rindu. Mengapa mulutku sungkan untuk berbicara di hadapanmu. Mengapa kau hanya diam tak hiraukan keberadaanku? Rindu yang seperti apa yang kau maksud saat di telepon dulu?

Dinginnya suasana sebab hujan telah terkalahkan oleh dinginnya sikap mu. Jujur, tubuhku memang kedinginan oleh kencangnya angin di luar, tetapi hatiku lebih dari sekedar menggigil sebab pertemuan kita yang tak menyenangkan.

Kira-kira badai apa yang telah terjadi dalam beberapa tahun silam? Sikap mu yang acuh tak acuh itu membuat hatiku kembali meradang karena rindu yang tak terbalaskan. Jauh dari kata baik untuk sekedar mengekspresikan rasa.

Padamu...
Kuucapkan selamat karena telah membuat hatiku kembali tergores belati tanpa gagang. Hadir mu hari ini, membuatku jatuh terhempas, menyakitkan.

Pada rinai yang jatuh hari ini, Ku ucapkan selamat telah menampung rinduku menjadi butiran air hujan yang tak sempat terucapkan. Lagi-lagi aku harus diam memendam rindu yang tak kunjung padam.

Tangerang

Rajutan Kalimat RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang