Aku terkesiap saat satu notifikasi pesan berbunyi nyaring pada ponselku. Aku yang sedang menulis beberapa tugas sekolah langsung saja mengecek ponselku yang tergeletak di sebelah buku yang kutulis.
Rahasia❤ : Kamu apa kabar, Dek?
Sontak mataku membelalak. Kaget antara nyata atau tidak.
Kamu apa kabar dek?
Kamu apa kabar dek?
Kamu apa kabar dek?
Empat kata itu terus mengulang-ulang di tempurung kepalaku. Aku membisu. Ini nyata atau hayalan?
Kembali mengecek ponsel, kali ini pesan itu bertambah satu lagi.
Rahasia❤ : Jaga diri terus ya, baik-baik kamu di sana. :)
Pipiku memerah. Mati-matian menahan senyum. Mati-matian menahan sedih. Sayangnya aku selalu kalah dengan perasaan. Tidak bisa terus mempertahankan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
Ingin sekali aku mengetik lalu membalas pesan singkatmu. Ingin sekali aku berkata rindu. Sayangnya tidak semudah itu.
Aku selalu terpikir dengan kalimat yang kamu kirim. Kamu bilang,"Kalau rindu, jangan bilang aku."
Hingga saat ini aku masih pintar menyimpan rindu. Tidak terucap, dan mungkin sudah hampir menggunung.
Lalu aku harus apa, jika rindu tak kuat lagi untuk kutahan?
Bolehkah berkata rindu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajutan Kalimat Rindu
ChickLitPada setiap kata yang kurangkai dalam catatan penuh kerinduan ini, entah mengapa ada banyak sekali "kamu" di dalamnya. Bagaimana aku dapat menulis sebanyak itu pun aku tak paham. Bagaimana rindu dapat hadir dalam setiap bayang-bayangmu yang semu pun...