Bisu, gelap dan abu. Sepanjang jalan kulalui dengan pijakan lemah tak berdaya. Lesu sekali rasanya. Rindu-rindu itu kini telah kembali terbang mengangkasa. Membawa beragam surat dengan bentuk dan warna yang berbeda-beda. Hitam untuk kepedihan; abu-abu untuk ketidakpastian; merah menyala untuk semangat meraih harapan; merah muda untuk cinta, dan masih banyak warna yang tak bisa kujelaskan lebih rincinya.
Temaram lampu jalanan menemani setiap pijakan lemah Ku. Seolah malam bersimpati betul dengan kesenduan yang mendera jiwaku.
Tak ada rindu malam ini.
Semua kubuang, kuhancurkan, kulenyapkan, enyah segalanya dalam emosi kehidupan. Ingin menangis namun tak bisa, selalu tertahan. Ingin berteriak saja rasanya, hingga semesta mendengar jelas kepedihan membuang rindu yang begitu lama kusimpan sendu.
Aku mulai berlari dalam pekatnya malam hari. Tubuhku menggigil dingin sebab hujan mengguyurku tanpa ampun malam ini. Tak lama berselang, air mataku tumpah ruah, menyatu dengan rinai-rinai yang kubiarkan menjelajah tubuh ringkihku.
Tak ada rindu malam ini.
Aku jatuh tersungkur bersama hujan, angin, dan pekatnya malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajutan Kalimat Rindu
ChickLitPada setiap kata yang kurangkai dalam catatan penuh kerinduan ini, entah mengapa ada banyak sekali "kamu" di dalamnya. Bagaimana aku dapat menulis sebanyak itu pun aku tak paham. Bagaimana rindu dapat hadir dalam setiap bayang-bayangmu yang semu pun...