--**--**--
Aku akan kembali,
Kembali berjuang,
mencapai mimpi
--**--**--
"Iya Dear, safe flight ya."
Aku menutup percakapanku dengan Eomma lewat telepon, kemudian video call dengan Ana dan Nilam. Hari ini adalah jadwalku untuk pulang, sementara itu Ana dan Nilam belum pulang karena mereka sudah mendapatkan jadwal UTBK di Yogyakarta sehingga mereka akan pulang minggu depannya lagi. Jaringan di bandara tidak begitu lancar, walaupun begitu aku masih tetap bisa tersambung dengan Ana dan Nilam di indekosku dan Ana.
"Annyeong, Eonnie!" sapa Nilam.
Aku hampir tersedak salivaku sendiri begitu mendengar sapaan Nilam. "Hah? Eonnie? Aku enggak salah dengar nih? Eh Alnilam Orion Atmajaya, Are you a GIRL?"
"Eh, Nilam. Bukan Eonnie, tapi Noona!"
"Nuna?"
"Iya, Nuna ngomongnya. Bagaimana, sih?"
Mereka tertawa bersama. Tanpa sadar, aku menyunggingkan senyum. Lama-lama, mereka terlihat cocok. Ana yang manis disandingkan dengan Nilam yang terlihat lucu dengan kacamata bulat ala Harry Potter-nya. Namun, senyumku agak memudar ketika Ana berkata,
"Nara, titip salam buat Iyan, ya!"
Titip salam—untuk Iyanku?
"Bilangin ke dia, terima kasih atas bantuannya waktu itu. Maaf karena sudah merepotkan."
Aku kembali tersenyum. Ah, itu, batinku lega.
"Sabar ya teman-teman, aku mau check in dulu, hehe. Takut nanti waktunya keburu habis, check in online nih soalnya."
"Oke, ashiap," kata Nilam yang disambut oleh tawa Ana.
Setelah melewati segala rangkaian prosedur di bandara –mulai dari menunjukkan e-ticket pada petugas bandara, pemeriksaan barang, pemeriksaan badan, check in, dapat tiket print out-nya, pemeriksaan lagi sampai akhirnya aku duduk di atas sofa yang terdapat di dalam ruang tunggu, aku pun kembali menghubungi Ana dan Nilam untuk video call-an lagi. Untunglah jaringannya tidak ngadat.
"Kenapa kamu enggak UTBK di sini saja, sih?" tanya Ana.
"Enggak kebagian tempat, haha," jawabku. "Kenapa sih banyak yang mau UTBK di Universitas Tribhuwana Tunggadewi? Kan aku jadi kesal."
"Karena," Nilam berdeham sejenak sebelum melanjutkan. "Konon katanya, kalau kamu UTBK di tempat yang kamu inginkan, kamu akan mendapatkan tempat itu. Misalnya kamu UTBK di UTT, ya nanti kamu masuk UTT, begitu."
"Mengarang indah, ah," kataku. "Aku memang percaya pada hal-hal yang berbau gaib, tapi ini kan aneh sekali, gitu."
"Memang aneh, sih, tapi kan enggak ada salahnya untuk berpikir begitu juga sebagai sugesti, haha," kata Ana.
Hening menguasai sekat di antara kami.
Tak lama kemudian, suasana menjadi serius.
"Nara, kamu suka K-Pop?" tanya Nilam tiba-tiba.
"Tidak terlalu," jawabku. "Memangnya kenapa?"
"Kamu tau Jipren?"
"GFriend?"
"Bukan GFriend, tapi Jipren."
"Oh, tau. Memangnya kenapa—"
Seketika, aku teringat akan sesuatu.
"Ya," Nilam seakan bisa membaca pikiranku. "Jipren adalah Girlgroup yang dibentuk oleh Apollo Entertainment. Setelah aku cari tau, leader-nya, Ahn Ri Ya, memegang peran eksklusif di bawah pimpinan si arwah anak bertanduk. Kamu harus berhati-hati sama cewek itu."
"Ah, maksudmu Ahn Ri Ya?" Aku kemudian tertawa. "Dia artis. Mau kita mempedulikannya atau enggak, yang penting dia sama sekali enggak berhubungan dengan kita. Appa now free, kita semua juga sudah bebas, kan? Sekarang kita fokus pada mimpi kita. Selama tidak ada orang yang meninggal karena mereka, tidak ada yang perlu kita khawatirkan."
"Temanku fans berat dia, Ra. Namanya Jeremi—"
"Perhatian kepada penumpang pesawat udara BlackD Air dengan nomor penerbangan MA148724—"
Itu pesawatku. Aku sudah harus segera pergi.
"Pesawatku sudah datang," kataku. "Nanti kita sambung lagi."
"Oh oke," kata Nilam. "Safe flight."
--**--**--
"Semangat itu murni dari dalam dirimu sendiri."
"Sebenarnya, kita sendiri bisa mengalahkan sihir hitam tanpa menggunakan sihir juga. Hanya saja, harus benar-benar ada kemauan. Setiap manusia punya defense system masing-masing. Kemampuan untuk bertahan, yang dalam ilmu psikologi bisa disebut—"
"Resilience. Resiliensi."
--**--**--
Season 1 -END
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange Spirit 3 : Dead Leaves ✔
Teen FictionBerawal dari sebuah kegagalan pertamanya, Nara Kim memutuskan untuk pergi keluar kota demi mencapai mimpinya ; menuntut ilmu di universitas impiannya. Tak disangka, Nara Kim harus terjebak dalam suatu lingkaran yang akan menuntunnya ke dalam sebuah...