Iyan
Hei
Iyan
Pagi
Senyumku merekah pada minggu pagi ini. Dia pasti ingin mengajakku jogging pagi. Aku sendiri tidak masalah, karena aku senang jogging untuk menjaga bentuk tubuh. Di kelasku, cewek-cewek banyak yang iri dengan aku yang langsing. Namun, mereka bilang aku terlalu dingin tapi manis saat tersenyum. Ya. semua itu membuatku agak jumawa kecuali soal prestasiku di sekolah dan kisah cintaku bersama si Iyan ini.
Anak itu terlalu menaruh harapan. Dia memberiku chat-chat pagi seperti itu dan sebelumnya dia menolakku. Ya, aku ditolak. Dengan telak. Menyakitkan memang, tetapi aku yakin he has a good intention. But molla. Egoku sudah terlanjur sakit begitu dia menolakku dengan alasan takut bahwa kami akan menghancurkan persahabatan kami sendiri.
Nara
Heiii
Nara
Annyeong
Dia membalas lagi.
Iyan
Anyong anyong apaan dah
Nara
Heyy, apparently u can't have a tolerancy towards me, aren't u?
Nara
You're mocking my language then :(
Iyan
Iya deh mangap, eh maaf maksudnya
Nara
Apaan dah mangap
Iyan
Eh Ra, kok rasanya pengen banget ya kita bisa satu sekolah
Nara
Why?
Iyan
Habisnya aku pengen lihat kamu bagaimana saat acara perpisahan nanti.
Aku masih duduk di atas kasur, pundakku naik turun dan senyumku terus-terusan merekah tanpa memudar sembari berkutat dengan ponsel. Dia sebenarnya menyukaiku juga, tetapi dia menolakku demi menjaga persahabatan kami. Yah, aku sekarang tidak mau peduli dulu pada masalah cinta-cintaan ini. Aku hanya ingin mencapai mimpiku, itu saja.
Mimpiku untuk belajar di universitas itu.
Aku menatap tiket online pesawat yang kupesan di layar ponsel. Sembari tersenyum, aku membayangkan akan mengemasi barang-barangku ke dalam koper berwarna merah muda, menelpon Iyan untuk pamit, dan pergi ke luar kota untuk belajar di salah satu bimbingan belajar dan mencoba bagaimana rasanya menjadi anak yang hidup di dalam indekos. Hari perjuangan itu akan dimulai selepas acara perpisahan sekolah, dan aku harap Iyan akan hadir ke ballroom hotel di mana acara itu akan diselenggarakan.
Iyan
Hei
Iyan
Did u know our agenda rutin tiap minggu pagi? Hahaha
Nara
Kamu ngapel ke rumahku?
Iyan
Yah, kira-kira begitu. Menurutmu buat apa coba?
Nara
Menurutmu dulu lol
Iyan
Kenapa menurutku? Nanti aku kasih spoiler pula hahaha
Nara
Kamu bilang spoiler aku jadi mau nonton End Game deh
Iyan
Nanti kita nonton deh—eh, bukannya kamu mau ke jogja?
Nara
Ah iya juga—sayang banget. Kita nonton kalau aku udah diterima di Universitas Tribhuwana Tunggadewi aja bagaimana?
Iyan
Nara, plis.
Benar, Iyan mengajakku jogging. Aku sudah tahu duluan walaupun dia sendiri belum bilang tujuannya untuk mendatangi rumahku. Setiap minggu pagi, Iyan selalu mengunjungi rumahku dan dia tidak pernah bosan melakukannya. Bahkan, karena itu dia kenal baik keluargaku. Terkadang, kami memberinya sesuatu bila Nenek datang dari Daegu untuk membawa oleh-oleh.
Dia juga mau mengajakku menonton film.
Ah iya juga—sayang banget. Kita nonton kalau aku udah diterima di Universitas Tribhuwana Tunggadewi aja bagaimana?
Kim Nara, janji macam apa yang kamu buat?
--**--**--
[A/N]
SUMPAH DAH SEBULAN AKU ENGGAK APDET :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange Spirit 3 : Dead Leaves ✔
Teen FictionBerawal dari sebuah kegagalan pertamanya, Nara Kim memutuskan untuk pergi keluar kota demi mencapai mimpinya ; menuntut ilmu di universitas impiannya. Tak disangka, Nara Kim harus terjebak dalam suatu lingkaran yang akan menuntunnya ke dalam sebuah...