Pergi

5K 361 58
                                    

Pagi menjelang siang seperti ini (namakamu) tengah berada di kamarnya memasukkan sebagian pakaiannya kedalam koper dengan raut wajah yang-- tidak bersahabat

"Loh sayang kamu ngapain packing? mau kemana?"

(namakamu) menoleh sekilas pada iqbaal, "Aku mau kerumah Buna,"

Iqbaal meletakkan cangkir yang tadi ia bawa, lalu ia berjalan kearah istrinya itu.

Buna itu panggil (namakamu) buat Bundanya-- mertua iqbaal

"Kok mendadak? sebentar aku mau packing baju aku dulu," ujar iqbaal seraya melangkah menuju lemari namun pada saat ia ingin membuka lemari ucapan (namakamu) membuatnya menghentikan niatnya

"Emang aku ngajakin kamu?"

Iqbaal berbalik badan seraya mengeryit, "Maksud kamu?"

(namakamu) menurunkan koper tersebut dilantai lalu ia menatap pada iqbaal dengan tatapan datar "Aku sendirian kerumah Buna, kamu gausah ikut!"

Iqbaal berjalan mendekat kearah istrinya lalu ia menggenggam kedua bahu (namakamu), "Trus kalo kamu disana, Aku dirumah sendiri?"

(namakamu) terkekeh meremehkan, "Kan ada Lena. Kamu suruh aja dia buat temenin kamu, Supaya kalian bisa seneng-seneng dirumah ini tanpa adanya aku!" sindirnya lalu ia melepas kedua tangan iqbaal yang bertengger dikedua bahunya lalu ia berjalan kearah meja rias

Iqbaal mendengus kesal, "Kamu kenapa sih jadi gini? Kamu berubah tau gak!"

(namakamu) yang sedang memakai liptintnya pun terhenti sejenak namun kemudian ia kembali melakukan aktifitasnya lagi, "Ohya? Aku berubah? Aku apa kamu baal?"

"Kamulah! Kamu sok dingin gini sama aku. Malem aja aku ajak buat menuhin hasrat aku, kamu tolak mentah-mentah!"

(namakamu) menatap iqbaal lewat cermin, "Kamu sakit hati? Kamu kecewa?"

"Sangat!"

(namakamu) berbalik badan lalu ia berjalan kearah sang suami, ia mengalungkan kedua tangannya dileher iqbaal, "Kasian banget sih! Asal kamu tau ya baal, Lebih sakit hati mana kamu ditolak untuk menuhin hasrat kamu, atau aku yang sering ngeliat kamu muji Lena, Bela Lena, Ketimbang aku? Susah payah aku bersikap baik layaknya seorang istri, Tapi apa hasilnya? Aku dimata kamu gaada apaapanya beda halnya sama Lena!" ujarnya lalu ia melepaskan keduatangannya itu dengan keras seraya memasang wajah amarahnya

Iqbaal terdiam. Ia akui ia salah, tapi apa harus ia menjauhi Lena?

"Aku capek baal, Harus berantem sama kamu terus dengan Hal yang sama! Lena, Lena, Dan Lena! Kalau kamu sayang sama dia, Cinta sama dia, Nikahin dia! Kalau perlu kita pisah! Aku gak mau berjuang sendirian demi pernikahan kita! Sedangkan kamu? Kamu gaada sedikitpun bukti untuk berusaha merjuangin pernikahan kita!" Lanjutnya dengan airmata yang mulai menetes

Iqbaal menggeleng seraya berusaha untuk menggengam kedua tangan (namakamu) namun (namakamu) tepis, "Enggak sayang,"

(namakamu) terkekeh miris, "Gausah panggil aku sayang! Dihati kamu cuman ada Lena! Kamu berubah karna dia, Kamu cuman bisa mikirin dia doang! Kamu gak pernah mikirin perasaan aku!" Bentak (namakamu) melangkah mundur dengan perlahan

"Maaf (nam), Maaf!"

Iqbaal bersimpuh dihadapan (namakamu) dengan suara yang melemah, "Aku cuman sayang dan cinta sama kamu,"

"Bohong!" Tepis (namakamu)

"Aku serius sayang, Demi Tuhan!"

"Gausah bawabawa tuhan! Dia gak salah!"

Iqbaal bangkit dari simpuhannya, "Aku serius sayang, Aku cinta sama kamu, sayang sama kamu!"

"Kamu dulu gapernah kaya gini baal, Kamu gak pernah jelalatan sama cewek, Kamu berubah baal, Kamu bukan iqbaal yang dulu aku kenal! Kamu bukan iqbaal yang sayang sama aku," Lirihnya disela isak tangis

Iqbaal menggenggam erat kedua tangan (namakamu), "please jangan pergi, Kita selesain baikbaik masalah kita,"

(namakamu) menepis genggaman itu, "Bukan masalah kita! Tapi itu masalah kamu!" sentak (namakamu) seraya pergi keluar kamar sembari membawa kopernya







*





"(namakamu) please jangan pergi (nam)," ucap iqbaal sembari menggedor-gedor kaca mobil taxi

"Please jangan pergi sayang!"

Sementara didalam mobil (namakamu) hanya terdiam dengan airmata yang masih menetes

"Bu jadi berangkat?" tanya supir taxi

(namakamu) menepis airmatanya seraya mengangguk kecil, "Jadi pak,"

Dan pada akhirnya taxi itu pergi meninggalkan iqbaal yang menyesal

"(NAMAKAMU)!!!"






*






"Apa?! (namakamu) pergi kerumah mertua kamu?"

Iqbaal mengangguk kecil membuat Lena menelan salivanya kuatkuat

"Pasti ini karna aku ya baal?" tanya Lena memelan

Iqbaal sedikit tersentak, "Eugh! Eng--enggak! Bukan kok!"

Lagi, lagi Iqbaal membela Lena disaat Kondisi rumah tangganya yang sedang diujung tanduk seperti ini. Jika (namakamu) melihat hal ini, mungkin ia akan semakin menderita

"Lebih baik aku pergi menjauh dari kamu Baal, Aku gabisa kalau terus menerus jadi parasit dirumah tangga kamu,"

"Enggak Len! Jangan.."

"Kenapa baal?" jengah Lena

"Aku sayang sama kamu Lena,"

Lena tertegun ia menggeleng, "Rasa sayang kamu hanya sebatas teman baal,"

Iqbaal menggeleng, "Enggak Len! Aku sayang sama kamu lebih dari seorang sahabat!"

Lena mengeryit, "M-maksud kamu?"

"Aku sayang sama kamu, Aku cinta sama kamu. Tapi aku gabisa ninggalin (namakamu), Aku sayang juga sama dia," Lirih iqbaal seraya menggengam kedua tangan Lena

Lena melepaskan genggaman itu, "Enggak baal, Kamu gaboleh kaya gitu! Lebih baik, aku pergi dari kehidupan kamu," Ia bangkit dari duduknya, "Makasih karna kamu udah mau jadi sahabat terbaik aku baal, Aku akan terus inget sama kamu. Aku mohon sama kamu, Kamu jangan caricari aku lagi,"

"Tapi Len--"

"Demi (namakamu),"

Iqbaal mengangguk kecil, "Y-ya!"






bersambung...

𝐓𝐄𝐆𝐀𝐑 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang