Calon Nenda

4.5K 378 14
                                    

readersnya menurun ah, kesel. Votenya apalagi.












(namakamu) sedang berada di teras rumah menghirup udara segar di pagi hari sangatlah cocok untuk ibu hamil sepertinya

"Mulai sekarang, Aku harus pakai baju daster kaya gini aja kali ya? Biar nyaman juga!"

Ia terduduk di kursi teras sembari mengelus perutnya yang semakin hari semakin besar

"Kirakira kamu cewek atau cowok ya sayang? Bunda gak sabar!" kekehnya

"(nam),"

(namakamu) melirik sekilas pada iqbaal yang sudah siap pergi ke kantor

"Aku berangkat ya?"

(namakamu) hanya mengangguk pelan tanpa melirik sedikitpun

Iqbaal mensejajarkan tubuhnya dengan perut (namakamu), (namakamu) yang melihat itupun hanya terdiam tanpa berniat untuk menatap kearah sang Suami

"Ayah pergi dulu ya sayang? Jagain bunda ya, jangan bikin bunda kesakitan ya nak!" Ujar iqbaal dengan lembut sembari mengelus perut sang istri

Setelah itu ia bangkit seraya menatap kearah (namakamu), ia tersenyum simpul

"Maafin aku ya sayang," Lirih iqbaal diakhiri dengan mengecup kening (namakamu)

(namakamu) hanya terdiam menatap kearah lain

Iqbaal menghela nafas seraya melangkahkan kedua kakinya menuju mobil yang sudah siap oleh supirnya

(namakamu) mengelus perutnya seraya memejamkan kedua matanya sekilas, "Hatihati ayah," bisiknya







*






"Kamu mau nginep disini lagi sayang?"

"iya buna. Aku pengen deketdeket sama buna,"

(Namakamu). Wanita itu setelah iqbaal pergi kekantor tadi, Ia berniat untuk pergi ke rumah Bunanya. Entahlah, ia merasa rindu pada Ayah dan Bunanya

Lastri menghela nafasnya seraya tersenyum kecil, Ia tau anaknya itu masih mendiami Suaminya

"Udah bilang sama--"

"Bun, aku gak mau bahas soal dia, please.."

"Tapi sayang--"

"Bunnn.."

Lastri terduduk di samping (namakamu), "Kasian iqbaal sayang," ujarnya seraya mengelus rambut (namakamu)

"Buna kasian sama iqbaal? Ketimbang sama aku yang jelas-jelas udah diselingkuhin sama dia? Ck!"

"Bukan gitu maksud buna sayang, Buna tau kamu kecewa sama iqbaal. Tapi bagaimanapun juga, Dia tetap suami kamu. Kepala rumah tangga--pemimpin, Imam bagi kamu."

"Lagian, dia udah nyesel melakukan hal itu. Dia udah janji juga kan sama kamu? Sama buna, ayah, orangtuanya juga malah!" Lanjutnya

(namakamu) mendengus kesal seraya bangkit dari duduknya, "Tau ah! Buna belain dia mulu!"

"Loh? mau kemana sayang?"

(namakamu) menaikki anak tangga satu per satu, ia menghiraukan pertanyaan sang Buna

"Nanti kalau iqbaal kesini atau telfon, Buna harus jawab apa?"

"Bilang aja aku gaada disini, Biar dia nyariin aku!" jawab (namakamu) setelah itu Lastri mendengar gebrakan pintu yang sudah dipastikan (namakamu) masuk kedalam kamarnya

"(namakamu), (namakamu)... Udah mau jadi orangtua masih aja kaya anak kecil kamu," Desis Lastri







*






"(namakamu) ada di rumah Buna?!" Pekik iqbaal

"iya sayang, tapi kamu tenang aja.. Dia baikbaik aja kok!"

Iqbaal menghela nafasnya, Lega! "Tapi bun, (namakamu) gak bilang sama aku kalau dia bakalan kerumah buna!"

"iya buna tau, Mungkin dia sengaja kali baal!"

"Iqbaal minta maaf ya bun? Iqbaal udah ngecewain Buna sama Ayah! Iqbaal benerbener nyesel bun, iqbaal khilaf!" Lirihnya

"iya baal, Buna paham kok! Buna tau kamu baal,"

"yaudah deh bun, Nanti aku pulang ngantor, Iqbaal bakalan kesana buat jemput (namakamu),"

"Gausah baal, Percuma. Lagian (namakamu) kesini bawa koper juga, Dia mungkin bakalan nginep untuk beberapa hari, Kalau kamu mau... Kamu bisa nginep disini juga, Biar buna gak kesepian disini dan biar kamu bisa selalu deket sama (namakamu),"

Iqbaal terdiam sejenak memikirkan perkataan dari Lastri. Bisabisa saja ia menginap dirumah Mertuanya itu, Tapi..

Iqbaal menggeleng cepat, "Gausah deh bun, Iqbaal gausah nginep dirumah buna segala! Iqbaal tau (namakamu) pasti butuh waktu sendiri dengan cara dia menjauh dari iqbaal. Lagipula, ini salah iqbaal bun.  Iqbaal paham kok!" Jelasnya seraya tersenyum miris

"Gausah ngomong kaya gitu baal, Buna gasuka ah!"

iqbaal terkekeh miris, "iya buna, maaf!"

"yaudah buna tutup ya? Buna usahain bakalan terus membujuk (namakamu) supaya dia pulang dan bisa maafin kamu,"

"iya buna, Makasih ya bun. Maafin iqbaal sekali lagi,"







*






"Buna ngapain sih pake nelfon dia segala?!"

Lastri yang sedang menyiapkan makan siapun hanya terkekeh, "Tau darimana kamu?"

"Ya taulah! Akukan tadi kedapur mau ambil minum, ehh-- denger buna lagi telfonan sama dia," jawab (namakamu) dengan ketus

"Nguping ya kamu? Gak sopan!" Cibir Lastri seraya mengelap piringpiring yang tengah ia siapkan

"ish, Bunaaaa! Kok gitu sih?! Sebenernya anak buna tuh aku apa iqbaal sih?!"

Lastri menatap lekat pada (namakamu), "Anak buna ya kamu sama iqbaal lah!"

"ish bunaaa mah! Akukan nyuruh buna untuk--"

"udah deh kamu gausah ngomel segala! Kasian tuh anak kamu berisik denger Bundanya yang cerewet kaya kamu," Ujarnya seraya melengos pergi kedapur dan dengan cepat disusul (namakamu)

"Buna ih!"

"Apa sih sayang? Kenapa?"

"Buna kenapa belain terus iqbaal?!"

"Emang kenapa? Kamu maunya buna pukul iqbaal, omelin iqbaal gitu? mau kamu?"

(namakamu) mendengus kecil, "ya gak gitu juga lah bun," desisnya

Lastri terkekeh seraya bersedekap kedua tangan di dadanya, "Buna lihatlihat, kamu kok semenjak hamil jadi kaya anak kecil gini sih?"

"Masa sih bun? prasaan enggak deh!"

Lastri memutarkan kedua bola matanya, "Itu kan kamu yang pikir! Buna yang liatnya beda!"

(namakamu) tercengir lucu, ia memeluk Lastri dari samping, "Garagara cucu buna nih, Aku jadi kaya gini!"

"Jangan nyalahin cucu buna!"

"iya bunaaa, Galak amat!"

"Ohiya bun, Buna mau dipanggil apa nih sama anak aku?"

"Nenda! Buna mau dipanggil nenda!"

(namakamu) terkekeh geli, "Nenda? Nenek muda? Astaga bun, bun!"

"Biarin, Lucu tau!"
















bersambung..

𝐓𝐄𝐆𝐀𝐑 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang