Punya Reni?

3.1K 302 43
                                    

Iqbaal barusaja pulang dari yogyakarta, biasalah karena ada urusan bisnis dengan client disana. Ia disana hanya sekitar 1 malam saja ditemani oleh Reni, Asistennya

Awalnya (namakamu) merasa takut jikalau iqbaal berbohong lagi padanya, dan mengulangi hal yang sudah sudah-- ketika suaminya itu pergi ke bandung contohnya! Namun karena adanya Reni, ia sedikit lega. huh!

Selama iqbaal berada di yogyakarta, tanpa sepengetahuan iqbaal, ia selalu-- tidak selalu hanya saja ia suka menghubungi Reni, bertanya tentang keseharian iqbaal disana, apa yang pria itu lakukan, jadwalnya, hingga clientnya pun ia tanya pada Reni. Untung saja clientnya lebih dominan pria paruh baya, atau seumuran dengan iqbaal, tidak ada wanita yang harus ia curigai

Entah ini perasaan khawatirnya saja atau memang ia takut iqbaal main api dibelakangnya. Ia tidak ingin berfikir negatif atau suudzon sama seperti yang ia lakukan dulu terhadap Lena

"Baal,"

Ia kini tengah duduk disofa sembari membuka satu persatu oleh-oleh yang dibelikan iqbaal untuknya

"kenapa (nam)?" tanya iqbaal yang tengah menyesap teh hangat yang tadi dibuatkan oleh (Namakamu)

"Kamu beliin aku bakpia rasa--"

"Aku beliin semua rasa buat kamu, sama seperti apa yang kamu minta sayang," potong iqbaal diakhiri kekehanya

(Namakamu) tertawa kecil, "Makasih ya,"

"iya samasama,"

(Namakamu) kembali membuka satu persatu oleh-oleh tersebut yang dibungkus dengan paper bag-- sekitar 5 paper bag. Tak lupa ia membuka tutup kotak yang didalamnya terdapat bakpia-- pesanannya untuk ia makan bersama iqbaal

"Kamu beli kaos juga baal? kan aku gak mintaa," ujarnya seraya menunjukkan kaos berbahan tipis berwarna putih bercorak batik pada iqbaal

Iqbaal tertawa kecil seraya menggeleng, "Geer banget kamu! Aku yang mau sendiri juga,"

(Namakamu) tersenyum kikuk, "Oalaah, kirain.."

"Hampir aja aku lupa beli oleh-oleh," desis iqbaal

(Namakamu) menoleh seraya mengeryit, "Trus ini apa?"

"Tapi untungnya," ia menyomot bakpia itu seraya melahap satu bakpia tanpa ia gigit, karena ia memilih bakpia yang ukuran kecil, "Reni ngingetin aku," Ujarnya seraya mengunyah bakpia itu

(Namakamu) tersenyum manis ia mengulurkan tangan kirinya untuk membersihkan remahan bakpia yang berada di sudut bibir iqbaal, "Reni kamu traktirin gak?"

Iqbaal menggeleng kecil membuat (Namakamu) mendecak, "Kenapa ih?!"

Iqbaal tercengir, "Ya aku traktirin lah! Gitu doang marah kamu mah!"

(Namakamu) menatap datar pada iqbaal, "Kamu tau gak sih?" ia kembali tersenyum manis, "Reni itu udah aku anggap sebagai kakak aku sendiri tau baal, Aku ngerasa cocok, nyaman banget sama dia,"

"Syukurlah!"

"yaudah aku buka oleh-olehnya lagi ya? Kamu diem disini,"

"iya sayang," 

Akhirnya (Namakamu) kembali membuka satu persatu oleh-olehnya lagi, ia terdiam membuat iqbaal yang tengah menatapnyapun mengeryit

"Kok diem?"

(Namakamu) menoleh pada iqbaal seraya menatapnya lembut, "Kamu tau kan, kalau aku gak suka pake sepatu high heels?"

iqbaal mengangguk kecil seraya mengeryit lantas membuat (Namakamu) menghela nafasnya, ia menunjukkan sepasang sepatu high heels berwarna merah maroon pada iqbaal, dan membuat pria itu terkejut, "terus ini punya siapa?"

"waduh!"

"Baal?"

"Hah?" iqbaal berusaha untuk tersenyum kecil, "i-ituu.. Itu pasti punya Reni, ketinggalan kali.."

"Reni? masa ketinggalan sih?"

"iya kayanya ketinggalan (nam), Soalnya kemarin aku ngeliat dia beli sepatu itu,"

(Namakamu) tersenyum kecil seraya meletakkan sepasang sepatu itu diatas meja, "gitu ya? kalau gitu aku telfon dia aja deh ya? Siapa tau dia nyariin," ujarnya seraya merogoh ponselnya yang berada di sampingnya namun dengan cepat iqbaal tahan

"Jangan!"

(Namakamu) mengeryit, "Kenapa? Ntar dia nyariin baal,"

"Udah gausah, Udah malem juga! Biar besok aku suruh pak Jono anterin kerumahnya,"

(Namakamu) mengangguk kecil, "yaudah,"

"Aku ke kamar dulu ya? Gapapa kan aku tinggal?"

(Namakamu) lagi-lagi hanya mengangguk dan membuat iqbaal bergegas pergi meninggalkan (Namakamu) yang sedang memikirkan suatu hal perihal sepasang sepatu itu

"Masa punya Reni bisa kebawa sama iqbaal sih?" gumamnya

"Pastikan Reni bisa ngebedain, mana oleh-olehnya dia, dan mana oleh-oleh iqbaal," lanjutnya

Daripada ia penasaran lebih baik ia tanyakan langsung pada Reni. Ia melirik pada jam yang ada di ponselnya

"Baru jam segini pasti Reni belum tidur,"

Tak butuh waktu lama akhirnya ia menelfon Reni, dan sambungan telfon itu terhubung

"Halo selamat malam bu,"

(Namakamu) tersenyum manis, "Malam ren. Maaf ya saya ganggu,"

"Gapapa bu, ada apa ya?"

"Eum-- gini ren.." ia melirik pada sepasang sepatu yang ada dihadapannya, "Kamu nyariin sepatu high heels yang baru kamu beli di yogyakarta gak? Kalau iya, ini ada dirumah saya, kayanya sepatu kamu ini kebawa sama iqbaal deh," Kekehnya

"Sepatu high heels bu? Maaf bu, kebetulan... Saya gak beli sepatu, Saya di yogya hanya membeli baju, makanan, dan pernak-perniknya saja."

"Hah? kamu..." ia menelan salivanya kiat-kuat, "Kamu serius kan ren?"

"iya bu saya serius, Saya gak beli sepatu apapun, Lagian saya gaenak sama Pak iqbaal kalau harus beli sepatu yang harganya mahal," Celetukan Reni sama sekali tidak membuatnya ikut tertawa atau sekedar tersenyum

"Trus--" nafasnya ntah kenapa terasa tercekat sekali, "ini punya siapa Ren?"

"Eum-- bu, maaf saya--"

"Gapapa ren, kalau gitu sudah dulu ya? Maaf menganggu,"

pip!

(Namakamu) memejamkan kedua matanya sekilas, "Kenapa sih baal? Kenapa harus bohong?" Desisnya

"Reni gak mungkin bohong sama aku," Lanjutnya seraya menatap kearah sepatu itu













bersambung...


𝐓𝐄𝐆𝐀𝐑 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang